Sekolah Danlap 2018 : Day 0
Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 1
Hari ini merupakan hari pertama saya mengikuti rangkaian kegiatan Sekolah Danlap HMP 2018, saya dan rekan satu angkatan diminta hadir tepat waktu jam 21.30 WIB di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Mungkin karena tertipu dengan adanya kata 'Sekolah', saya mengira kegiatan ini berbentuk kegiatan didalam kelas dimana ada kakak - kakak pembina sebagai guru dan kami sebagai murid, tetapi ternyata semua ekspektasi saya salah. Baru saja rangkaian kegiatan dimulai, saya dan rekan sudah mendapatkan hukuman dari kakak pembina karena kurang sigapnya kami ketika melakukan cek spek. Kami pun dimintai pendapat oleh kakak Pembina terkait bentuk hukuman seperti apa yang menurut kami pantas untuk menebus kesalahan kami ini. Berbagai pendapat dilontarkan oleh saya dan rekan untuk bernegosiasi dengan kakak pembina agar hukuman yang harus kami tanggung bersesuaian dengan kesalahan yang kami lakukan dan batasan kemampuan kami. Tidak sedikit pula pendapat yang rekan saya sampaikan ditolak begitu saja oleh kakak pembina dengan macam - macam pertimbangan yang disampaikan oleh mereka. Hingga pada akhirnya kami dan para kakak pembina sepakat bahwa hukuman yang harus kami tanggung adalah berlari sekitar 500 meter dengan batasan waktu 2 menit. Alhasil kami terlambat selama 3 menit 45 detik dalam penyelesaiannya. Kami pun kembali diberi berbagai masukan dan nasihat kembali oleh kakak - kakak pembina.
Pada awalnya
saya kurang mengerti mengapa pada awal pertemuan semacam ini kami langsung
diperlakukan demikian. Namun ternyata tanpa disadari secara langsung, esensi dari
diberlakukannya hal ini adalah sebagai tahap perkenalan. Perkenalan antara saya dengan nilai –
nilai dasar yang harus dimiliki dan dijiwai oleh seorang Danlap. Seorang Danlap
haruslah menjadi orang yang menghargai waktu dan paling sigap, karena dia akan
menjadi cerminan atau role model dari
panji yang dibawanya. Ketika misal seorang Danlap HMP terlihat tidak sigap atau
tidak menghargai waktu, maka seperti itulah orang – orang yang dipimpinnya akan
menilai HMP seluruhnya. Selain itu, seorang Danlap pun dituntut untuk memiliki
jiwa yang bertanggung jawab dan dapat memberikan keputusan yang rasional dalam
waktu cepat. Seorang Danlap harus cepat tanggap dan tepat tanggap dalam
merespon suatu keadaan dengan memberikan keputusan yang tentunya harus rasional. Sikap, tindakan atau keputusan yang diputuskan oleh seorang
Danlap pun harus dipertanggungjawabkan selanjutnya apabila terjadi hal – hal yang
tidak sesuai dengan kondisi ideal yang telah ditentukan.
Kemudian
kegiatan dilanjutkan dengan lingkaran diskusi dimana saya dan rekan dipecah
menjadi 3 kelompok terpisah yang kemudian dipasangkan dengan salah satu kakak pembina.
Pada lingkaran diskusi ini banyak sekali pembicaraan yang dilakukan mulai dari
pembahasan ulang terkait motivasi mengikuti Sekolah Danlap ini, tantangan
kedepannya, harapan kedepannya, definisi seorang Danlap, esensi eksistensi
seorang Danlap dan beberapa hal lainnya terkait HMP. Namun, dari lingkaran
diskusi ini, materi baru yang patut garis bawahi adalah terkait tujuan keikutsertaan
saya pada Sekolah Danlap ini. Tentunya salah satu tujuan yang sudah dipastikan
dengan saya mengikuti sekolah ini adalah untuk menjadi Danlap bagi HMP
Pangripta Loka itu sendiri. Namun kini saya paham bahwa seseorang yang lulus Sekolah
Danlap ini tidak selalu atau bahkan tidak akan pernah menjadi seorang Danlap
yang sesungguhnya di mata orang – orang sekitarnya apabila tidak ada pengakuan
status tersebut pada setiap hati mereka. Mereka atau orang – orang yang
dimaksud ialah para warga HMP Pangripta Loka itu sendiri. Maka dari itu dalam
proses menjalani Sekolah Danlap ini, tidak dilakukan dengan hanya sebatas belajar
dan memahami saja, namun perlu diaplikasikan, diimplementasikan dan terus
dibawa sebagai peran saya dalam menjalani hidup sehari – hari sebagai salah
satu bagian dari HMP itu sendiri maupun sebagai mahasiswa secara umum.
Lalu saya juga
mendapatkan sebuah pesan penting dari lingkaran diskusi ini. Pesan tersebut
berisikan nasihat bagi saya untuk berpikir untuk jangka waktu yang lebih
panjang. “Janganlah menutup diri dari tujuan lain dalam hidup”, begitu kurang
lebih pesan yang diucapkan oleh kakak pembina. Makna yang saya tangkap adalah
jangan sampai apa yang saya dapatkan dari Sekolah Danlap ini hanya saya
implementasikan sebatas ketika saya berada di lapangan sebagai Danlap saja.
Tetapi teruslah implementasikan apa yang saya dapatkan dari sekolah ini pada
kehidupan saya sehari – hari seterusnya, karena banyak sekali nilai – nilai yang
sangat berharga dan penting pada jiwa seorang Danlap yang dapat berguna di
kehidupan saya nanti selepas saya menjadi Danlap. Aplikasikan dan
implementasikan ilmu yang didapatkan dari Sekolah Danlap ini untuk memberikan
kontribusi nyata secara lebih kepada HMP itu sendiri. Kemudian, tampilkan
selalu jiwa pribadi seorang Danlap dalam kehidupan sehari – hari sehingga kita
bisa menjadi cerminan jiwa HMP Pangripta Loka itu sendiri bagi orang – orang di
sekitar kita.
Lalu kegiatan ditutup dengan
kegiatan yang sama sekali tidak terduga oleh saya, yakni simulasi orasi dengan
materi orasinya adalah materi yang didapatkan pada lingkaran diskusi tadi. Saya
dan rekan diminta membuat sebuah orasi berdurasi 2 menit dalam jangka waktu 5
menit yang menurut saya sangat terlalu singkat untuk membuat sebuah orasi
dengan durasi tersebut. Setelah diberikan kesempatan orasi satu per satu, karena
keterbatasan waktu dan pengalaman, saya sadari bahwa orasi yang saya lakukan
masih sangat buruk dan jauh dibawah rekan – rekan saya bawakan. Banyak sekali
hal – hal yang sebenarnya bisa saya sampaikan, namun tidak tersampaikan karena gugup
dan lambatnya kinerja saya akibat adanya tekanan dari berbagai arah.
Saya pada awalnya juga kurang
begitu paham dengan apa sebenarnya tujuan diadakannya simulasi orasi pada awal
pertemuan pertama ini. Saya bertanya – tanya, mengapa pada pertemuan pertama
ini tidak dimulai dari sesuatu yang ringan – ringan saja. Apalagi menurut saya,
sebuah orasi yang baik tidak akan dapat dilakukan dalam waktu persiapan sesempit
itu dan tidak semua orang dapat bekerja secara optimal dibawah tekanan. Tetapi
saya berusaha menarik makna tersembunyi didalamnya dimana seorang Danlap pada
dasarnya memang dituntut untuk memiliki kemampuan untuk berorasi secara spontan
dengan waktu persiapan sesingkat – singkatnya. Maka dari itu, seorang Danlap harus
memiliki artikulasi yang baik dan diksi yang luas serta kemampuan berorasi yang
diatas rata – rata. Hal ini tidak terlepas dari posisi Danlap itu sendiri yang
merupakan cerminan dari panji yang dibawanya. Setiap tutur katanya dalam
berorasi harus tegas, lugas, jelas dan berkualitas sehingga dapat memberikan
impresi positif dan menarik perhatian seluruh pasukan yang dipimpinnya di
lapangan. Disamping itu, Danlap pun harus bisa bekerja secara optimal dibawah
tekanan sebesar apapun. Danlap harus selalu bisa menenangkan dirinya dan
senantiasa berpikir jernih dalam keadaan apapun, dengan tekanan seberat apapun.
Setelah adanya pertemuan kali
ini, rasa penasaran saya kembali bangkit dengan apa yang selanjutnya akan saya dapatkan
dari sekolah ini. Esensi - esensi yang saya dapatkan hari ini sangat menarik bagi saya namun sebagian
besar masih terlalu normatif bagi saya untuk bisa mendalaminya. Saya harap pertemuan – pertemuan berikutnya
dapat memberikan saya pembelajaran yang lebih spesifik terkait bagaimana saya
dapat menananamkan hal – hal tersebut pada diri saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar