Kamis, 05 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 7, Dialektika Lapangan


Sekolah Danlap 2018 : Day 7

Dialektika Lapangan

Hari ini, Sekdan dilaksanakan lebih malam daripada biasanya. Jam 21.15 WIB kami diminta untuk hadir di Pilotis GD dengan spek seperti biasanya. Hari ini pun salah satu dari kami, Faiq alias Sir Gaheris, berhalangan hadir karena penyakit migrain dan kondisinya mengharuskan dia untuk istirahat pada kesempatan kali ini. Sebuah inisiatif yang terlambat dilakukan oleh kami para Kingsmen untuk memastikan kondisi kesehatan dari Sir Gaheris malah membuahkan keterlambatan bagi kami. Akhirnya kekecewaan Ratu kembali memuncak pada pertemuan kali ini dan seperti biasa, melahirkan sebuah konsekuensi. Konsekuensi yang harus kami lakukan kali ini pun cukup berat yakni membuat sebuah infografis yang didalamnya memuat inputan – inputan warga terkait materi dan metode osjur kali ini.

Hari ini, materi diisi oleh Kak Sangkara (HMP ‘13) yang merupakan ketua MPAB beberapa tahun yang lalu. Kejaran materi yang ingin disampaikan olehnya adalah terkait dengan Dialektika Lapangan. Tidak biasanya, bentuk pemberian materi kali ini full dalam bentuk FGD dan diskusi. Dari beberapa pendapat dan inputan dari rekan - rekan Kingsmen, saya mendapatkan beberapa gambaran terkait definisi dari Dialektika itu sendiri. Seperti, menurut Amar alias Sir Lamorak, Dialektika merupakan sebuah seni dalam beradu argumen. Kemudian menurut Prima alias Sir Parcival, Dialektika merupakan sebuah proses pertukaran gagasan pikiran dalam fase lapangan. Menurut Kak Sangkara, Dialektika adalah cara berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran dari sebuah opini. Didalam sebuah Dialektika, idealnya didalamnya terkandung 3 unsur yakni Tesis, Anti-Tesis dan Sintesis.

Dalam konteks dunia perlapangan MPAB, Sintesis sudah ditentukan secara pasti yakni sebagai nilai yang ingin ditanamkan kepada peserta kader. Dengan berbekalkan sebuah tesis yang sudah dipersiapkan sebelumnya, seorang Danlap harus siap beradu argumen, berdiskusi tanpa menurunkan impresi dan dapat mengarahkan pembicaraan hingga mencapai Sintesis yang sudah ditentukan. Disinilah letak kegunaan Dialektika, berguna ketika Danlap ingin menyampaikan sebuah materi. Berguna untuk membuat ragu peserta kader akan kepantasan mereka menginjak Tanah Pangripta sehingga mudah untuk didoktrinasi. Kemampuan ini juga berguna untuk mengurangi resiko kesalahan pada keadaan dimana seorang Danlap dituntut untuk berdebat secara freestyle dengan peserta kader karena adanya suatu keadaan yang tidak dipersiapkan sebelumnya.

Kemudian, Kak Sangkara pun berpesan bahwasanya Dialektika dengan peserta kader hanya dapat berjalan dengan lancar ketika Danlap mengetahui segala hal, tentang bagaimana keadaan HMP saat ini dan bagaimana keadaan para peserta kader tersebut. Disini saya melihatnya bahwa 2 hal tersebut adalah 2 buah senjata yang digunakan untuk berperang dimana yang satu digunakan untuk bertahan dan satu lagi untuk menyerang. Seorang Danlap harus menyerang bagian lemah dari peserta kader yang mana tidak bersesuaian dengan nilai yang seharusnya ada. Dan ketika ada serangan balik dari mereka, seorang Danlap dapat memberikan impresi yang menggambarkan bagaimana keadaan didalam HMP untuk bertahan.

Kemudian di penghujung diskusi, Kak Sangkara juga menyinggung bahwasanya Sintesis yang berupa nilai yang ingin ditanamkan tersebut tidak akan dapat berubah, atau bahasa lainnya dapat menjadi sebuah Tesis. Satu unsur yang dapat memungkinkan Sintesis tersebut dapat berubah menjadi Sintesis adalah dengan meninjau relevansi dari Sintesis tersebut.

Hari ini,pertemuan ditutup dengan eval yang halus namun menusuk. Yudhistira si bijaksana alias Kak Danar memberikan evaluasi atas performa kami yang tak pasti. Kini kami harus pikirkan kembali apa motivasi yang menarik kami hingga menyanggupi Sekdan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar