Sekolah Danlap 2018 : Day 7
Dialektika Lapangan
Hari ini, Sekdan
dilaksanakan lebih malam daripada biasanya. Jam 21.15 WIB kami diminta untuk
hadir di Pilotis GD dengan spek seperti biasanya. Hari ini pun salah satu dari
kami, Faiq alias Sir Gaheris, berhalangan hadir karena penyakit migrain dan
kondisinya mengharuskan dia untuk istirahat pada kesempatan kali ini. Sebuah
inisiatif yang terlambat dilakukan oleh kami para Kingsmen untuk memastikan kondisi kesehatan dari Sir Gaheris malah
membuahkan keterlambatan bagi kami. Akhirnya kekecewaan Ratu kembali memuncak
pada pertemuan kali ini dan seperti biasa, melahirkan sebuah konsekuensi.
Konsekuensi yang harus kami lakukan kali ini pun cukup berat yakni membuat
sebuah infografis yang didalamnya memuat inputan – inputan warga terkait materi
dan metode osjur kali ini.
Hari ini, materi diisi oleh
Kak Sangkara (HMP ‘13) yang merupakan ketua MPAB beberapa tahun yang lalu.
Kejaran materi yang ingin disampaikan olehnya adalah terkait dengan Dialektika
Lapangan. Tidak biasanya, bentuk pemberian materi kali ini full dalam bentuk FGD dan diskusi. Dari beberapa pendapat dan inputan
dari rekan - rekan Kingsmen, saya
mendapatkan beberapa gambaran terkait definisi dari Dialektika itu sendiri.
Seperti, menurut Amar alias Sir Lamorak, Dialektika merupakan sebuah seni dalam
beradu argumen. Kemudian menurut Prima alias Sir Parcival, Dialektika merupakan
sebuah proses pertukaran gagasan pikiran dalam fase lapangan. Menurut Kak
Sangkara, Dialektika adalah cara berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran dari
sebuah opini. Didalam sebuah Dialektika, idealnya didalamnya terkandung 3 unsur
yakni Tesis, Anti-Tesis dan Sintesis.
Dalam konteks dunia
perlapangan MPAB, Sintesis sudah ditentukan secara pasti yakni sebagai nilai
yang ingin ditanamkan kepada peserta kader. Dengan berbekalkan sebuah tesis
yang sudah dipersiapkan sebelumnya, seorang Danlap harus siap beradu argumen,
berdiskusi tanpa menurunkan impresi dan dapat mengarahkan pembicaraan hingga
mencapai Sintesis yang sudah ditentukan. Disinilah letak kegunaan Dialektika,
berguna ketika Danlap ingin menyampaikan sebuah materi. Berguna untuk membuat
ragu peserta kader akan kepantasan mereka menginjak Tanah Pangripta sehingga
mudah untuk didoktrinasi. Kemampuan ini juga berguna untuk mengurangi resiko
kesalahan pada keadaan dimana seorang Danlap dituntut untuk berdebat secara freestyle dengan peserta kader karena
adanya suatu keadaan yang tidak dipersiapkan sebelumnya.
Kemudian, Kak Sangkara pun
berpesan bahwasanya Dialektika dengan peserta kader hanya dapat berjalan dengan
lancar ketika Danlap mengetahui segala hal, tentang bagaimana keadaan HMP saat
ini dan bagaimana keadaan para peserta kader tersebut. Disini saya melihatnya
bahwa 2 hal tersebut adalah 2 buah senjata yang digunakan untuk berperang
dimana yang satu digunakan untuk bertahan dan satu lagi untuk menyerang. Seorang
Danlap harus menyerang bagian lemah dari peserta kader yang mana tidak
bersesuaian dengan nilai yang seharusnya ada. Dan ketika ada serangan balik
dari mereka, seorang Danlap dapat memberikan impresi yang menggambarkan bagaimana
keadaan didalam HMP untuk bertahan.
Kemudian di penghujung
diskusi, Kak Sangkara juga menyinggung bahwasanya Sintesis yang berupa nilai
yang ingin ditanamkan tersebut tidak akan dapat berubah, atau bahasa lainnya
dapat menjadi sebuah Tesis. Satu unsur yang dapat memungkinkan Sintesis
tersebut dapat berubah menjadi Sintesis adalah dengan meninjau relevansi dari
Sintesis tersebut.
Hari ini,pertemuan ditutup
dengan eval yang halus namun menusuk. Yudhistira si bijaksana alias Kak Danar memberikan
evaluasi atas performa kami yang tak pasti. Kini kami harus pikirkan kembali
apa motivasi yang menarik kami hingga menyanggupi Sekdan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar