Rabu, 01 Agustus 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 13, Final Part


Sekolah Danlap 2018 : Day 13

Final Part

“Bangunlah para Kingsmen, inilah saat – saat krusial yang selama ini kalian nanti..” – Hati Kecil

Hari ini adalah hari yang spesial bagi kami, karena pada hari ini konsekuensi hadir dalam rangka meluluhlantakkan badan para Kingsmen dan memberi kami pelajaran yang menjerakan akan setiap kesalahan – kesalahan yang selama ini selalu kami ulang terus menerus. Pertemuan dibuka oleh sang Ratu di Lapangan Sipil, disini kami dimintai keterangan mengenai keberadaan Sir Kay dan Sir Gawain. Di awal pertemuan ini kami sudah mendapatkan teguran sekaligus sebuah keputusan yang cukup menyayat, Sir Gawain kini diputuskan bukan lagi bagian dari para Kingsmen. Sungguh sebuah keputusan yang menurut saya cukup mengecewakan, disamping memang performa Sir Gawain yang sudah terlalu mengecewakan kepercayaan sang Ratu. Kemudian pada kesempatan itu, kami diminta untuk melakukan mobilisasi ke Monumen Perjuangan tanpa menggunakan kendaraan dalam waktu 15 menit.

Singkat cerita, di Monumen Perjuangan tersebut kami kembali menerima konsekuensi yang sangat melelahkan. Hal ini dikarenakan oleh sebuah kesalahan yang selalu kami ulang – ulang sejak awal kami mengikuti rangkaian Sekdan, yakni cek spek. Diluar dugaan, ternyata pengharusan menggunakan posisi cek spek medik dan penambahan spek seperti ponco dan air mineral 1,5 lt membuat perhitungan kami terlambat hingga 198 hitungan. Konsekuensi berupa menahan posisi planck selama 14 menit sembari menyanyikan lagu – lagu nasional harus kami lakukan pada saat itu juga. Lalu setelah konsekuensi yang sangat melelahkan berhasil dilewati, kami lalu diminta menuju ke Taman Fitness.

Di Taman Fitness ini, kami dihujani berbagai penyadaran dan konsekuensi yang diajukan oleh Demos dan rekan penyekolah lainnya. Di momen penyadaran tersebut, saya benar – benar merasakan bahwasanya ternyata kami para Kingsmen dan terkhusus saya memang belum pantas untuk diluluskan dari rangkaian Sekdan ini. Disamping kami yang terus menerus menunda dalam menuntaskan tugas – tugas yang sudah diberikan dari jauh hari, kami pun dinilai kurang mampu bergerak dan memposisikan diri kami sebagai satu angkatan cadanlap, sebagai 9 ksatria yang kini hanya tersisa 6 yang merupakan ksatria yang dipercaya raja untuk menjaga Tanah Pangripta. Namun di satu sisi aku pun merasa bahwa pada momen tersebut rasa kekeluargaan kami para Kingsmen pun menjadi teruji dan semakin terasah. Setelah badan kami luluhlantak dan setiap kesalahan dinilai sudah terlunasi dengan konsekuensi – konsekuensi yang kami lakukan, kami diminta untuk kembali ke tempat sebelumnya, yakni Monumen Perjuangan.

Saat kami kembali, Monumen Perjuangan terasa sangat sepi. Dingin, sunyi dan tak berpenghuni adalah 3 kata sifat yang dapat menggambarkan situasi dan kondisi tempat tersebut saat itu. Kemudian kami bertemu dengan Yudhistira alias Kak Danar dan dia mengomandokan kami agar membuat barisan satu saf yang rapih. Setelah itu, kami diminta menundukkan kepala dan menutup mata. Dan saat kami diminta untuk membuka mata, sang Ratu hadir dihadapan kami dan menyampaikan sebuah orasi yang berisi harapan dan apresiasinya atas perjuangan kami selama ini. Dan di orasi tersebut pun juga terdapat penekanan dimana hari ini adalah titik awal dan bukan titik akhir kami dalam berkontrbusi kepada Tanah Pangripta, perjalanan kami masih panjang dan semakin jauh akan semakin berat. Tak disangka, dipenghujung orasi ternyata kami dinyatakan lulus mengikuti rangkaian Sekdan ini, walaupun hati kecilku berkata bahwa saya pada dasarnya belum layak dan mumpuni untuk lepas dari rangkaian sekolah ini. Namun itulah esensi yang harus saya cari, dimana saya harus mencari pembelajaran lebih diluar sana dengan berkontribusi melalui apa – apa yang disediakan oleh HMP. Pertemuan ditutup dengan kami, para Kingsmen, melafazhkan ikrar HMP yang dipimpin oleh sang Ratu.

“Perjuangan ini bukan perkara mudah, Kawan..
Jangan sia – sia kan perjuangan yang selama ini kalian lakukan..
Jangan biarkan tiap tetesan air keringat yang jatuh dari dahi kalian lenyap begitu saja..
Jangan membuang apa yang Tanah Pangripta kini telah percayakan kepada kalian..
Hai para ksatria kepercayaan raja.. Hai ksatria meja bundar.. Hai para Kingmen..”

Sabtu, 28 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 12, Penyadaran


Sekolah Danlap 2018 : Day 12

Penyadaran

Dari pengalaman sebelum – sebelumnya, pertemuan hari ini sangat tidak seperti biasanya. Hari ini jumlah Kingsmen yang hadir tidak lebih dari setengahnya. Dua orang Kingsmen diantaranya, kini sedang pergi melanglangbuana ke tanah nan jauh disana, mengabdi kepada masyarakat luas yang sudah sejak lama mereka impi – impikan. Pertemuan kali ini, kami diminta untuk hadir pagi hari dengan alat – alat yang seperti biasanya. Pertemuan dimulai dengan cek spek dan tentunya konsekuensi yang cukup melelahkan, kemudian pertemuan dilanjutkan dengan orasi dengan konten terkait dengan motivasi kami untuk menjadi Danlap. Pada orasi kali ini, saya menuangkan apa yang sudah selama ini saya dapatkan, mulai dari analkon PL-C 16 & 17, masukan – masukan rekan Kingsmen hingga masukan – masukan warga. Pada orasi tersebut, dengan lantang dan keyakinan penuh saya menyebutkan bahwa motivasi saya untuk menjadi Danlap adalah karena saya ingin menjadi sosok penggerak yang dapat merangkul dan dipercaya oleh warga secara khusus warga Komisariat.

Setelah sesi orasi selesai, setelah sekian lama akhirnya kami dipertemukan kembali dengan perpanjang tang Olympus. Demos kembali muncul dihadapan kami, menagih apa – apa yang dulu sempat diberitugaskan kepada kita para Kingsmen. Demos kembali kehadapan kami dengan harapan kami dapat melontarkan satu kata motivasi yang benar dan menyebutkan apa perbedaan mendasar antara Danlap dan warga. Dan dikarenakan kami belum bisa menjawab, ditambah dengan semangat dan keseriusan kami dalam mengikuti rangkaian Sekdan ini yang dinilai ‘kurang’ oleh Demos, tentunya kami kembali disiksa habis – habisan kali ini.

Setelah penyiksaan dinilai kurang efektif, akhirnya metode penanaman nilai diganti oleh Demos. Kali ini kami diminta menghadapi Demos, Semar alias Kak Moncos, Yudhistira alias Kak Danar dan Sang Ratu satu lawan satu. Disitu diberlakukan metode semi wawancara dimana ditengah – tengahnya diselangi hukuman fisik setiap kami salah menjawab. Disitu saya mendapatkan bagian untuk menghadapi Yudhistira, dan disana saya merasakan jiwa kebijaksanaan Yudhistira benar – benar terpancar, bagaimana dia dapat mengarahkan setiap pembicaraan saya yang berputar – putar menuju ke satu kata yang selama ini pun tidak pernah terpikirkan oleh saya.

Dalam membicarakan motivasi, saya selalu berputar – putar dalam 3 kalimat, yakni ‘menurunkan dan membawa nilai’,  ‘menjadi sosok cerminan HMP yang bertanggung jawab’ dan ‘menjadi sosok penggerak dan pemantik di Tanah Parngripta, khususnya Komisariat’. Dan akhirnya dalam sesi wawancara dengan Yudhistira tersebut, saya tersadarkan bahwasanya kata yang selama ini diinginkan oleh mereka untuk keluar dari mulut – mulut kami para Kingsmen adalah kata yang merangkum ketiga kalimat tersebut. Jawabannya adalah ‘Memimpin’. Kami mengikuti rangkaian Sekdan ini tidak lain diperuntukkan untuk satu tujuan, yakni memimpin. Menjadi Pemimpin Tanah Pangripat, menjaganya tetap berjalan berlandaskan nilai – nilai yang sejak dulu dijaga dan bertanggungjawab atasnya. Kata yang anehnya, sejak pertama mengikuti rangkaian kegiatan ini, kata tersebut tidak pernah terbesit di benak saya.

Kemudian sesi dilanjutkan dengan pendalaman apa yang membedakan antara Danlap, warga dan BP. Apa sekat yang ada diantara mereka? Dalam sesi dengan flow yang relatif sangat santai, Yudhistira menjelaskan hal tersebut. Yang pertama, antara Danlap dan warga, sejatinya tidak ada yang membedakan mereka dalam kewajiban menanamkan nilai – nilai HMP pada masing – masing mereka. Namun Danlap memiliki tanggung jawab lebih dalam menjamin adanya keberadaan nilai – nilai tersebut dalam hati para warga. Lalu yang kedua, antara Danlap dan BP, sejatinya perbedaan antara mereka cukup abstrak dimana Danlap dan BP memiliki jiwa dan tanggung jawab untuk memimpin. Namun yang membedakan keduanya adalah Danlap memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak terkait HMP dan sebagaimacamnya lebih dahulu dibandingkan rekan - rekan lainnya, sehingga menjadi tanggung jawab bagi Danlap untuk menyebarluaskan ilmu yang sudah didapat tersebut kepada rekan - rekannya. Dan tentunya, Danlap memiliki kompetensi lebih di ranah lapangan dibandingkan BP.

Rabu, 18 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 11, Ujian Part 2


Sekolah Danlap 2018 : Day 11

Ujian Part 2

Hari ini aku menjadi orang yang tidak seperti biasanya. Hari ini aku tidak memaknai esensi nama Sir Galahad yang selama ini aku emban. Hari ini perilakuku tidak mencerminkan kemuliaan dan budi pekerti sama sekali kepada kedua orang tuaku. Hari ini aku menghadiri pertemuan meja bundar bersama Kingsmen lain tanpa izin terlebih dahulu kepada orang tua. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi memang apabila aku izin pun aku sudah mengetahui apa jawabannya karena hubunganku dengan orang tuaku sedang tidak baik karena suatu masalah.

Hari ini aku izin datang terlambat karena harus tampil pada suatu acara terlebih dahulu yang sejak lama sudah direncanakan sebelumnya. Untungnya dengan adanya izin tersebut saya tidak menerima konsekuensi apa – apa dari kakak Pembina yang hadir hari ini. Kemudian dilanjutkan dengan cek spek seorang diri karena terlambat, saya menerima konsekuensi karena terlambat. Disini saya mendapatkan hukuman 12 seri karena terlambat 12 hitungan dari hitungan cek spek yang saya ajukan.

Hari ini forum dibuka oleh Yudhistira alias Kak Danar yang langsung secara gambling menyatakan bahwa kami para Kingsmen akan diuji kembali kempuannya. Dengan kata lain, hari ini adalah ujian part 2 untuk kami para Kingmen. Ujian yang diberikan pertama ialah kemampuan kami dalam  berdialektika dengan warga – warga yang diposisikan sebagai PL 2017. Disitu kami para Kingmen diberikan topik dan studi kasusnya masing – masing. Di ujian berdialektika ini, aku merasakan ada 3 kompetensi dasar seorang Danlap yang sedang diuji disini. 3 Kompetensi tersebut adalah Olah Pikir, Olah Suara dan Olah Ruang. Dan disini saya merasakan apa yang saya tuliskan di rangkuman buku Tsun Zu saya benar – benar terjadi dan saya sepertinya masih harus banyak belajar lagi. Kemudian ujian kedua hari ini adalah kami diminta untuk berorasi dengan keadaan opening MPAB kepada PL 2017. Disini saya merasa bahwa materi yang saya bawakan sepertinya kurang tepat karena seharusnya saya memposisikan diri sebagai Danlap HMP Komisariat.

Dari ujian kedua kali ini, saya merasa bahwa saya masih harus banyak belajar lagi sehingga dapat meraih kata layak pada diri saya sebagai seorang Danlap. Dan hari ini para Kingsmen kembali dilanda kebingungan dari berita duka yang tak diharapkan. Sir Gaheris menyampaikan salam perpisahannya untuk pertama kali dan terakhir kalinya. Mungkin ini adalah pertemuan meja bundar yang terakhir kalinya ia ikuti karena dia memiliki suatu mimpi yang ingin ia kejar untuk berbakti kepada masyarakat – masyarakat kecil jauh diujung sana. Kuharap kejadian ini hanya gurauan dan candaan belaka.. Kuharap..

Senin, 16 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 10, Ujian (!?)


Sekolah Danlap 2018 : Day 10

Ujian (!?)

Hal mengejutkan terjadi pada hari Sabtu tanggal 14 Juli kemarin. Setelah sebuah pesta yang ramai diadakandi Tanah Pangripta, Sang Ratu secara tiba – tiba mewajibkan para Kingsmen untuk menginap dan menjaga Tanah Pangripta malam itu. Diluar dugaan ternyata kami para Kingsmen menerima panggilan untuk besok paginya jam 05.30, tidak seperti biasanya dan tentunya sangat diluar dugaan. Saya yang tidak mendapatkan izin dari orang tua untuk mengikuti kegiatan tersebut, akhirnya terpaksa pulang terlebih dahulu pada malam Minggu tersebut dan lagi – lagi meninggalkan kewajiban Saya sebagai seorang Kingsmen.

Dari hasil matrikulasi rekan – rekan Kingmen yang lain, pada pertemuan kali ini hanya dihadiri oleh 5 dari 9 Kingmen. Rangkaian pertemuan kali ini dimulai dengan hal – hal seperti biasa seperti cek spek dan sebagainya. Namun kegiatan dilanjutkan dengan latihan Olah Fisik dimana setiap Kingsmen yang hadir dituntut untuk lari 6 putaran saraga dengan batasan waktu yang ditentukan. Permintaan Sang Ratu ialah 13 menit untuk kami menyelesaikan latihan tersebut. Saya yang tidak hadir merasa tidak masalah tidak mengikuti hal ini, karena pada jam tersebut saya pun melakukan hal yang kurang lebih sama namun di tempat yang berbeda.

Namun matrikulasi selanjutnya yang disampaikan oleh rekan – rekan Kingsmen ternyata membuat saya cukup terkejut. Hari Minggu pagi itu, kami para Kingmen seharusnya melaksanakan kegiatan ujian materi dari rangkaian kegiatan yang sudah kami ikuti selama ini. Dimulai dari pengetahuan tentang definisi Danlap hingga teknik – teknik dalam berdialektika, para Kingsmen yang hadir dimintai menjelaskannya dengan sistem ujian yang mirip dengan Demos terapkan pada pertemuan ke 8. Kemudian ujian pun dilanjutkan dengan uji kemampuan orasi dimana pada ujian tersebut Yudhistira memberikan arahan bahwa kami para Kingsmen harus berorasi dengan peran – peran seperti sedih, bahagia, kecewa hingga marah. Kemudian adapula sesi orasi yang mana para Kingsmen diminta untuk menjabarkan proses alur materi MPAB yaitu ADKAR (Awareness, Desire, Knowledge, ability, Reinforcement) dalam materi orasi. Disini para Kingsmen mendapatkan berbagai evaluasi yang salah satunya adalah kami para cadanlap seharusnya lebih mendalami proses alur materi MPAB. Pertemuan kali ini ditutup dengan ‘penyadaran’ dimana para Kingsmen diberikan nasihat lagi dan lagi bahwasanya sebagai cadanlap kami tidak boleh masa bodoh dengan materi yang telah diberikan. Tidak menutup kemungkinan bahwasanya nanti kedepannya kamilah yang harus menyampaikan materi ini kepada cadanlap di masa yang akan datang.

Hari yang berat bagi saya yang tidak mendapatkan izin orang tua untuk menghadiri kegiatan yang vital ini. Hari yang berat pula bagi saya yang tidak memiliki hak untuk memaksakan kehendak kepada kedua orang yang sejatinya memiliki niat baik kepada saya, namun dengan cara yang berbeda.

Sabtu, 07 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 9, Berargumentasi dan Lobbying


Sekolah Danlap 2018 : Day 9

Berargumentasi dan Lobbying

Hari ini seharusnya menjadi hari yang sangat melelahkan bagi para Kingsmen, hearing dan Sekdan menjadi suatu rangkaian kegiatan yang wajib diikuti hari ini. Namun hari ini, saya tidak bisa menghadiri rangkaian kegiatan tersebut dikarenakan penuhnya hari ini dengan rangkaian kegiatan yang sudah dipersiapkan oleh keluarga sebelumnya. Berdasarkan hasil matrikulasi yang diberikan oleh rekan – rekan Kingsmen, materi yang diberikan pada pertemuan kali ini berkaitan dengan Berargumentasi dan Lobyying.

Argumentasi adalah suatu opini yang didasari oleh bukti data yang jelas dan pasti. Argumentasi harus didasarkan dengan kombinasi antara pikiran, perasaan dan kemauan bebas. Dari matrikulasi, agar argumen dapat berguna sesuai dengan tujuan argumen tersebut dilontarkan dapat dilakukan dengan melakukan rekayasa sosial. Rekayasa ini mencakup ruang, waktu, hubungan dan atau perasaan.

Kemampuan berargumentasi ini akan dapat diturunkan oleh seorang Danlap dalam melobi atau Lobbying. Dan pada dasarnya, tujuan utama dari Lobyying adalah untuk bagaimana kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Lobyying adalah proses timbal balik dua belah pihak dalam rangka mencapai sebuah kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah pihak. Lobbying pun dapat mengurangi hal – hal yang sifatnya merugikan entah pihak manapun dan menghambat keluarnya suatu kebohongan. Kompetensi dalam Lobbying hanya bisa dipelajari dengan cara dipraktekan secara langsung.

Jumat, 06 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 8, Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi : Special Part


Sekolah Danlap 2018 : Day 8

Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi : Special Part

Hari demi hari Sekdan para Kingsmen lalui, semakin banyak kejutan – kejutan yang diberikan. Mulai dari kehadiran Soter dan perpanjangan – perpanjangan tangan lainnya dari Danlap terdahulu, hingga pada mala mini menurut saya kejutan itupun memuncak. Pada hari ini, hadir 2 sosok spesial, Semar (Korlap ‘14) dan Demos (Danlap ’14). Kehadiran mereka pada malam ini ternyata menghardirkan berbagai siksaan bagi kami para Kingsmen yang memang dari segi pelanggaran SOP yang berlaku sudah terlalu mengecewakan. Saya sudah terlalu lelah dan bingung untuk menyebutkannya satu per satu kembali. Namun hukuman – hukuman yang diberikan sepertinya sulit untuk saya lupakan. Mulai dari yang berupa fisik seperti menahan posisi push up selama 15 menit sembari latihan olah suara yang berisikan ucapan tentang kesalahan – kesalahan kami hari itu hingga yang berupa serangan batin seperti hukuman yang diterima Sir Kay untuk duduk dan memakan kue sembari rekan Kingsmen lain menahan posisi push up. Dan hari ini pun, saya merasakan bahwasanya kemampuan dialektis kami benar – benar dilatih, kami dipacu untuk terus berpikir taktis dan terus memberikan rasionalitas yang logis.

Walaupun ingatan saya malam kemarin cukup menipis karena kelelahan, ada dua tugas yang diberikan yang mana menurut saya sangat berbekas dalam diri saya. Yang pertama adalah tugas dimana kita para Kingsmen harus dapat menilai urutan kelayakan seorang Danlap dari Kak Danar, Kak Raynard dan Kak Fikal dengan parameter – parameter yang jelas dan tak bias. Disini sebagai mahasiswa PL – Cirebon yang belum seberpengalaman itu dalam bertemu dan mendalami diri ketiga orang tersebut, kami ditugaskan hanya sebagai Supporting System untuk mereka Cadanlap yang dari Ganesha. Disini kami yang Cadanlap PL – Cirebon berkontribusi dalam dua bentuk, pertama kami sebelumnya menjadi bom waktu bagi rekan Cadanlap Ganesaha dan karena terlalu lama, akhirnya kami diminta untuk mengkritisi parameter yang dibuat dan dalam pengonsepan pembobotan dalam rangka membuat dan menghasilkan hierarki yang jelas dan berdasar. Kemudian para Kingsmen pun memaparkan hasil pemikiran kami tersebut kepada Demar, Demos dan beberapa warga lainnya. Disini saya merasakan betul bagaimana kami harus mempertahankan pendapat kami, dan disini saya akhirnya paham bahwa penentuan parameter suatu penilaian tidak bisa ditentukan secara subjektif kami belaka. Harus ada dasar yang mendasari yang mana khalayak banyak mengakui dasar tersebut sebagai sebuah axioma. Saya pun merasa tersadarkan bahwasanya kami para Kingsmen masih jauh dari kata layak sebagai orang yang akan memegang titel seorang Danlap.

Bukan tentang diri sendiri, ini tentang HMP
Bukan tempat belajar, tapi ajang pembuktian

Kemudian tugas kedua yang diberikan adalah yang paling sulit, yang sebenarnya sejak awal saya mengikuti Sekdan tugas ini sudah diberikan. Tugas ini adalah menyakan kembali kepada hati terdalam kami apa yang sebenarnya menjadi motivasi kami mengikuti Sekdan ini. Disini kami dipacu dengan hukuman fisik agar terus berpikir, menggali esensi dan mencari makna tersembunyi. Dari 3 alasan yang benar – benar saya utarakan dari hati saya yang terdalam, tidak ada satupun alasan tersebut yang dibenarkan sebagai motivasi mengikuti Sekdan yang lurus. Pada dasarnya ada 2 hint yang diberikan, yang pertama, motivasi yang lurus adalah tidak mengedepankan diri sendiri karena Sekdan bukan tentang diri sendiri melainkan tentang HMP. Yang kedua, motivasi yang lurus tidak menjadikan Sekdan ini sebagai ajang pembelajaran, namun kami harus menjadikan Sekdan ini ajang pembuktian. Diambang keputusasaan, akhirnya ada jawaban yang cukup mendekati, Sir Lamorak memaparkan motivasi yang sebenarnya sempat hamper terpikirkan pula sebelumnya. Bunyinya ialah..

Menjadi Penggerak Warga yang Dipercaya Demi Mencapai Tujuan Bersama HMP


Namun jawaban tersebut belum membuat Demos puas dan menghadiahi kami lusinan seri push up. Akhirnya karena tidak mampunya kami memberikan jawaban yang memuaskan, kami diberi tugas – tugas tambahan yang terlalu membingungkan apabila saya jelaskan satu per satu. Dibawah tekanan – tekanan eksternal dari keluarga ditambah dengan adanya demotivasi pada diri saya, membuat saya semakin bertanya – tanya apa sebenarnya yang sedang saya lakukan. Saya menyanyakan apa esensi dari beban tugas – tugas yang diberikan tersebut dan saya hanya mencoba terus mengingat kalimat Demos untuk menjaga motivasi saya yang sudah diambang batas..

Tidak ada yang terlalu sulit, Tidak ada yang tidak beresensi

Kamis, 05 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 7, Dialektika Lapangan


Sekolah Danlap 2018 : Day 7

Dialektika Lapangan

Hari ini, Sekdan dilaksanakan lebih malam daripada biasanya. Jam 21.15 WIB kami diminta untuk hadir di Pilotis GD dengan spek seperti biasanya. Hari ini pun salah satu dari kami, Faiq alias Sir Gaheris, berhalangan hadir karena penyakit migrain dan kondisinya mengharuskan dia untuk istirahat pada kesempatan kali ini. Sebuah inisiatif yang terlambat dilakukan oleh kami para Kingsmen untuk memastikan kondisi kesehatan dari Sir Gaheris malah membuahkan keterlambatan bagi kami. Akhirnya kekecewaan Ratu kembali memuncak pada pertemuan kali ini dan seperti biasa, melahirkan sebuah konsekuensi. Konsekuensi yang harus kami lakukan kali ini pun cukup berat yakni membuat sebuah infografis yang didalamnya memuat inputan – inputan warga terkait materi dan metode osjur kali ini.

Hari ini, materi diisi oleh Kak Sangkara (HMP ‘13) yang merupakan ketua MPAB beberapa tahun yang lalu. Kejaran materi yang ingin disampaikan olehnya adalah terkait dengan Dialektika Lapangan. Tidak biasanya, bentuk pemberian materi kali ini full dalam bentuk FGD dan diskusi. Dari beberapa pendapat dan inputan dari rekan - rekan Kingsmen, saya mendapatkan beberapa gambaran terkait definisi dari Dialektika itu sendiri. Seperti, menurut Amar alias Sir Lamorak, Dialektika merupakan sebuah seni dalam beradu argumen. Kemudian menurut Prima alias Sir Parcival, Dialektika merupakan sebuah proses pertukaran gagasan pikiran dalam fase lapangan. Menurut Kak Sangkara, Dialektika adalah cara berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran dari sebuah opini. Didalam sebuah Dialektika, idealnya didalamnya terkandung 3 unsur yakni Tesis, Anti-Tesis dan Sintesis.

Dalam konteks dunia perlapangan MPAB, Sintesis sudah ditentukan secara pasti yakni sebagai nilai yang ingin ditanamkan kepada peserta kader. Dengan berbekalkan sebuah tesis yang sudah dipersiapkan sebelumnya, seorang Danlap harus siap beradu argumen, berdiskusi tanpa menurunkan impresi dan dapat mengarahkan pembicaraan hingga mencapai Sintesis yang sudah ditentukan. Disinilah letak kegunaan Dialektika, berguna ketika Danlap ingin menyampaikan sebuah materi. Berguna untuk membuat ragu peserta kader akan kepantasan mereka menginjak Tanah Pangripta sehingga mudah untuk didoktrinasi. Kemampuan ini juga berguna untuk mengurangi resiko kesalahan pada keadaan dimana seorang Danlap dituntut untuk berdebat secara freestyle dengan peserta kader karena adanya suatu keadaan yang tidak dipersiapkan sebelumnya.

Kemudian, Kak Sangkara pun berpesan bahwasanya Dialektika dengan peserta kader hanya dapat berjalan dengan lancar ketika Danlap mengetahui segala hal, tentang bagaimana keadaan HMP saat ini dan bagaimana keadaan para peserta kader tersebut. Disini saya melihatnya bahwa 2 hal tersebut adalah 2 buah senjata yang digunakan untuk berperang dimana yang satu digunakan untuk bertahan dan satu lagi untuk menyerang. Seorang Danlap harus menyerang bagian lemah dari peserta kader yang mana tidak bersesuaian dengan nilai yang seharusnya ada. Dan ketika ada serangan balik dari mereka, seorang Danlap dapat memberikan impresi yang menggambarkan bagaimana keadaan didalam HMP untuk bertahan.

Kemudian di penghujung diskusi, Kak Sangkara juga menyinggung bahwasanya Sintesis yang berupa nilai yang ingin ditanamkan tersebut tidak akan dapat berubah, atau bahasa lainnya dapat menjadi sebuah Tesis. Satu unsur yang dapat memungkinkan Sintesis tersebut dapat berubah menjadi Sintesis adalah dengan meninjau relevansi dari Sintesis tersebut.

Hari ini,pertemuan ditutup dengan eval yang halus namun menusuk. Yudhistira si bijaksana alias Kak Danar memberikan evaluasi atas performa kami yang tak pasti. Kini kami harus pikirkan kembali apa motivasi yang menarik kami hingga menyanggupi Sekdan ini.