Rabu, 01 Agustus 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 13, Final Part


Sekolah Danlap 2018 : Day 13

Final Part

“Bangunlah para Kingsmen, inilah saat – saat krusial yang selama ini kalian nanti..” – Hati Kecil

Hari ini adalah hari yang spesial bagi kami, karena pada hari ini konsekuensi hadir dalam rangka meluluhlantakkan badan para Kingsmen dan memberi kami pelajaran yang menjerakan akan setiap kesalahan – kesalahan yang selama ini selalu kami ulang terus menerus. Pertemuan dibuka oleh sang Ratu di Lapangan Sipil, disini kami dimintai keterangan mengenai keberadaan Sir Kay dan Sir Gawain. Di awal pertemuan ini kami sudah mendapatkan teguran sekaligus sebuah keputusan yang cukup menyayat, Sir Gawain kini diputuskan bukan lagi bagian dari para Kingsmen. Sungguh sebuah keputusan yang menurut saya cukup mengecewakan, disamping memang performa Sir Gawain yang sudah terlalu mengecewakan kepercayaan sang Ratu. Kemudian pada kesempatan itu, kami diminta untuk melakukan mobilisasi ke Monumen Perjuangan tanpa menggunakan kendaraan dalam waktu 15 menit.

Singkat cerita, di Monumen Perjuangan tersebut kami kembali menerima konsekuensi yang sangat melelahkan. Hal ini dikarenakan oleh sebuah kesalahan yang selalu kami ulang – ulang sejak awal kami mengikuti rangkaian Sekdan, yakni cek spek. Diluar dugaan, ternyata pengharusan menggunakan posisi cek spek medik dan penambahan spek seperti ponco dan air mineral 1,5 lt membuat perhitungan kami terlambat hingga 198 hitungan. Konsekuensi berupa menahan posisi planck selama 14 menit sembari menyanyikan lagu – lagu nasional harus kami lakukan pada saat itu juga. Lalu setelah konsekuensi yang sangat melelahkan berhasil dilewati, kami lalu diminta menuju ke Taman Fitness.

Di Taman Fitness ini, kami dihujani berbagai penyadaran dan konsekuensi yang diajukan oleh Demos dan rekan penyekolah lainnya. Di momen penyadaran tersebut, saya benar – benar merasakan bahwasanya ternyata kami para Kingsmen dan terkhusus saya memang belum pantas untuk diluluskan dari rangkaian Sekdan ini. Disamping kami yang terus menerus menunda dalam menuntaskan tugas – tugas yang sudah diberikan dari jauh hari, kami pun dinilai kurang mampu bergerak dan memposisikan diri kami sebagai satu angkatan cadanlap, sebagai 9 ksatria yang kini hanya tersisa 6 yang merupakan ksatria yang dipercaya raja untuk menjaga Tanah Pangripta. Namun di satu sisi aku pun merasa bahwa pada momen tersebut rasa kekeluargaan kami para Kingsmen pun menjadi teruji dan semakin terasah. Setelah badan kami luluhlantak dan setiap kesalahan dinilai sudah terlunasi dengan konsekuensi – konsekuensi yang kami lakukan, kami diminta untuk kembali ke tempat sebelumnya, yakni Monumen Perjuangan.

Saat kami kembali, Monumen Perjuangan terasa sangat sepi. Dingin, sunyi dan tak berpenghuni adalah 3 kata sifat yang dapat menggambarkan situasi dan kondisi tempat tersebut saat itu. Kemudian kami bertemu dengan Yudhistira alias Kak Danar dan dia mengomandokan kami agar membuat barisan satu saf yang rapih. Setelah itu, kami diminta menundukkan kepala dan menutup mata. Dan saat kami diminta untuk membuka mata, sang Ratu hadir dihadapan kami dan menyampaikan sebuah orasi yang berisi harapan dan apresiasinya atas perjuangan kami selama ini. Dan di orasi tersebut pun juga terdapat penekanan dimana hari ini adalah titik awal dan bukan titik akhir kami dalam berkontrbusi kepada Tanah Pangripta, perjalanan kami masih panjang dan semakin jauh akan semakin berat. Tak disangka, dipenghujung orasi ternyata kami dinyatakan lulus mengikuti rangkaian Sekdan ini, walaupun hati kecilku berkata bahwa saya pada dasarnya belum layak dan mumpuni untuk lepas dari rangkaian sekolah ini. Namun itulah esensi yang harus saya cari, dimana saya harus mencari pembelajaran lebih diluar sana dengan berkontribusi melalui apa – apa yang disediakan oleh HMP. Pertemuan ditutup dengan kami, para Kingsmen, melafazhkan ikrar HMP yang dipimpin oleh sang Ratu.

“Perjuangan ini bukan perkara mudah, Kawan..
Jangan sia – sia kan perjuangan yang selama ini kalian lakukan..
Jangan biarkan tiap tetesan air keringat yang jatuh dari dahi kalian lenyap begitu saja..
Jangan membuang apa yang Tanah Pangripta kini telah percayakan kepada kalian..
Hai para ksatria kepercayaan raja.. Hai ksatria meja bundar.. Hai para Kingmen..”

Sabtu, 28 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 12, Penyadaran


Sekolah Danlap 2018 : Day 12

Penyadaran

Dari pengalaman sebelum – sebelumnya, pertemuan hari ini sangat tidak seperti biasanya. Hari ini jumlah Kingsmen yang hadir tidak lebih dari setengahnya. Dua orang Kingsmen diantaranya, kini sedang pergi melanglangbuana ke tanah nan jauh disana, mengabdi kepada masyarakat luas yang sudah sejak lama mereka impi – impikan. Pertemuan kali ini, kami diminta untuk hadir pagi hari dengan alat – alat yang seperti biasanya. Pertemuan dimulai dengan cek spek dan tentunya konsekuensi yang cukup melelahkan, kemudian pertemuan dilanjutkan dengan orasi dengan konten terkait dengan motivasi kami untuk menjadi Danlap. Pada orasi kali ini, saya menuangkan apa yang sudah selama ini saya dapatkan, mulai dari analkon PL-C 16 & 17, masukan – masukan rekan Kingsmen hingga masukan – masukan warga. Pada orasi tersebut, dengan lantang dan keyakinan penuh saya menyebutkan bahwa motivasi saya untuk menjadi Danlap adalah karena saya ingin menjadi sosok penggerak yang dapat merangkul dan dipercaya oleh warga secara khusus warga Komisariat.

Setelah sesi orasi selesai, setelah sekian lama akhirnya kami dipertemukan kembali dengan perpanjang tang Olympus. Demos kembali muncul dihadapan kami, menagih apa – apa yang dulu sempat diberitugaskan kepada kita para Kingsmen. Demos kembali kehadapan kami dengan harapan kami dapat melontarkan satu kata motivasi yang benar dan menyebutkan apa perbedaan mendasar antara Danlap dan warga. Dan dikarenakan kami belum bisa menjawab, ditambah dengan semangat dan keseriusan kami dalam mengikuti rangkaian Sekdan ini yang dinilai ‘kurang’ oleh Demos, tentunya kami kembali disiksa habis – habisan kali ini.

Setelah penyiksaan dinilai kurang efektif, akhirnya metode penanaman nilai diganti oleh Demos. Kali ini kami diminta menghadapi Demos, Semar alias Kak Moncos, Yudhistira alias Kak Danar dan Sang Ratu satu lawan satu. Disitu diberlakukan metode semi wawancara dimana ditengah – tengahnya diselangi hukuman fisik setiap kami salah menjawab. Disitu saya mendapatkan bagian untuk menghadapi Yudhistira, dan disana saya merasakan jiwa kebijaksanaan Yudhistira benar – benar terpancar, bagaimana dia dapat mengarahkan setiap pembicaraan saya yang berputar – putar menuju ke satu kata yang selama ini pun tidak pernah terpikirkan oleh saya.

Dalam membicarakan motivasi, saya selalu berputar – putar dalam 3 kalimat, yakni ‘menurunkan dan membawa nilai’,  ‘menjadi sosok cerminan HMP yang bertanggung jawab’ dan ‘menjadi sosok penggerak dan pemantik di Tanah Parngripta, khususnya Komisariat’. Dan akhirnya dalam sesi wawancara dengan Yudhistira tersebut, saya tersadarkan bahwasanya kata yang selama ini diinginkan oleh mereka untuk keluar dari mulut – mulut kami para Kingsmen adalah kata yang merangkum ketiga kalimat tersebut. Jawabannya adalah ‘Memimpin’. Kami mengikuti rangkaian Sekdan ini tidak lain diperuntukkan untuk satu tujuan, yakni memimpin. Menjadi Pemimpin Tanah Pangripat, menjaganya tetap berjalan berlandaskan nilai – nilai yang sejak dulu dijaga dan bertanggungjawab atasnya. Kata yang anehnya, sejak pertama mengikuti rangkaian kegiatan ini, kata tersebut tidak pernah terbesit di benak saya.

Kemudian sesi dilanjutkan dengan pendalaman apa yang membedakan antara Danlap, warga dan BP. Apa sekat yang ada diantara mereka? Dalam sesi dengan flow yang relatif sangat santai, Yudhistira menjelaskan hal tersebut. Yang pertama, antara Danlap dan warga, sejatinya tidak ada yang membedakan mereka dalam kewajiban menanamkan nilai – nilai HMP pada masing – masing mereka. Namun Danlap memiliki tanggung jawab lebih dalam menjamin adanya keberadaan nilai – nilai tersebut dalam hati para warga. Lalu yang kedua, antara Danlap dan BP, sejatinya perbedaan antara mereka cukup abstrak dimana Danlap dan BP memiliki jiwa dan tanggung jawab untuk memimpin. Namun yang membedakan keduanya adalah Danlap memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak terkait HMP dan sebagaimacamnya lebih dahulu dibandingkan rekan - rekan lainnya, sehingga menjadi tanggung jawab bagi Danlap untuk menyebarluaskan ilmu yang sudah didapat tersebut kepada rekan - rekannya. Dan tentunya, Danlap memiliki kompetensi lebih di ranah lapangan dibandingkan BP.

Rabu, 18 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 11, Ujian Part 2


Sekolah Danlap 2018 : Day 11

Ujian Part 2

Hari ini aku menjadi orang yang tidak seperti biasanya. Hari ini aku tidak memaknai esensi nama Sir Galahad yang selama ini aku emban. Hari ini perilakuku tidak mencerminkan kemuliaan dan budi pekerti sama sekali kepada kedua orang tuaku. Hari ini aku menghadiri pertemuan meja bundar bersama Kingsmen lain tanpa izin terlebih dahulu kepada orang tua. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, tetapi memang apabila aku izin pun aku sudah mengetahui apa jawabannya karena hubunganku dengan orang tuaku sedang tidak baik karena suatu masalah.

Hari ini aku izin datang terlambat karena harus tampil pada suatu acara terlebih dahulu yang sejak lama sudah direncanakan sebelumnya. Untungnya dengan adanya izin tersebut saya tidak menerima konsekuensi apa – apa dari kakak Pembina yang hadir hari ini. Kemudian dilanjutkan dengan cek spek seorang diri karena terlambat, saya menerima konsekuensi karena terlambat. Disini saya mendapatkan hukuman 12 seri karena terlambat 12 hitungan dari hitungan cek spek yang saya ajukan.

Hari ini forum dibuka oleh Yudhistira alias Kak Danar yang langsung secara gambling menyatakan bahwa kami para Kingsmen akan diuji kembali kempuannya. Dengan kata lain, hari ini adalah ujian part 2 untuk kami para Kingmen. Ujian yang diberikan pertama ialah kemampuan kami dalam  berdialektika dengan warga – warga yang diposisikan sebagai PL 2017. Disitu kami para Kingmen diberikan topik dan studi kasusnya masing – masing. Di ujian berdialektika ini, aku merasakan ada 3 kompetensi dasar seorang Danlap yang sedang diuji disini. 3 Kompetensi tersebut adalah Olah Pikir, Olah Suara dan Olah Ruang. Dan disini saya merasakan apa yang saya tuliskan di rangkuman buku Tsun Zu saya benar – benar terjadi dan saya sepertinya masih harus banyak belajar lagi. Kemudian ujian kedua hari ini adalah kami diminta untuk berorasi dengan keadaan opening MPAB kepada PL 2017. Disini saya merasa bahwa materi yang saya bawakan sepertinya kurang tepat karena seharusnya saya memposisikan diri sebagai Danlap HMP Komisariat.

Dari ujian kedua kali ini, saya merasa bahwa saya masih harus banyak belajar lagi sehingga dapat meraih kata layak pada diri saya sebagai seorang Danlap. Dan hari ini para Kingsmen kembali dilanda kebingungan dari berita duka yang tak diharapkan. Sir Gaheris menyampaikan salam perpisahannya untuk pertama kali dan terakhir kalinya. Mungkin ini adalah pertemuan meja bundar yang terakhir kalinya ia ikuti karena dia memiliki suatu mimpi yang ingin ia kejar untuk berbakti kepada masyarakat – masyarakat kecil jauh diujung sana. Kuharap kejadian ini hanya gurauan dan candaan belaka.. Kuharap..

Senin, 16 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 10, Ujian (!?)


Sekolah Danlap 2018 : Day 10

Ujian (!?)

Hal mengejutkan terjadi pada hari Sabtu tanggal 14 Juli kemarin. Setelah sebuah pesta yang ramai diadakandi Tanah Pangripta, Sang Ratu secara tiba – tiba mewajibkan para Kingsmen untuk menginap dan menjaga Tanah Pangripta malam itu. Diluar dugaan ternyata kami para Kingsmen menerima panggilan untuk besok paginya jam 05.30, tidak seperti biasanya dan tentunya sangat diluar dugaan. Saya yang tidak mendapatkan izin dari orang tua untuk mengikuti kegiatan tersebut, akhirnya terpaksa pulang terlebih dahulu pada malam Minggu tersebut dan lagi – lagi meninggalkan kewajiban Saya sebagai seorang Kingsmen.

Dari hasil matrikulasi rekan – rekan Kingmen yang lain, pada pertemuan kali ini hanya dihadiri oleh 5 dari 9 Kingmen. Rangkaian pertemuan kali ini dimulai dengan hal – hal seperti biasa seperti cek spek dan sebagainya. Namun kegiatan dilanjutkan dengan latihan Olah Fisik dimana setiap Kingsmen yang hadir dituntut untuk lari 6 putaran saraga dengan batasan waktu yang ditentukan. Permintaan Sang Ratu ialah 13 menit untuk kami menyelesaikan latihan tersebut. Saya yang tidak hadir merasa tidak masalah tidak mengikuti hal ini, karena pada jam tersebut saya pun melakukan hal yang kurang lebih sama namun di tempat yang berbeda.

Namun matrikulasi selanjutnya yang disampaikan oleh rekan – rekan Kingsmen ternyata membuat saya cukup terkejut. Hari Minggu pagi itu, kami para Kingmen seharusnya melaksanakan kegiatan ujian materi dari rangkaian kegiatan yang sudah kami ikuti selama ini. Dimulai dari pengetahuan tentang definisi Danlap hingga teknik – teknik dalam berdialektika, para Kingsmen yang hadir dimintai menjelaskannya dengan sistem ujian yang mirip dengan Demos terapkan pada pertemuan ke 8. Kemudian ujian pun dilanjutkan dengan uji kemampuan orasi dimana pada ujian tersebut Yudhistira memberikan arahan bahwa kami para Kingsmen harus berorasi dengan peran – peran seperti sedih, bahagia, kecewa hingga marah. Kemudian adapula sesi orasi yang mana para Kingsmen diminta untuk menjabarkan proses alur materi MPAB yaitu ADKAR (Awareness, Desire, Knowledge, ability, Reinforcement) dalam materi orasi. Disini para Kingsmen mendapatkan berbagai evaluasi yang salah satunya adalah kami para cadanlap seharusnya lebih mendalami proses alur materi MPAB. Pertemuan kali ini ditutup dengan ‘penyadaran’ dimana para Kingsmen diberikan nasihat lagi dan lagi bahwasanya sebagai cadanlap kami tidak boleh masa bodoh dengan materi yang telah diberikan. Tidak menutup kemungkinan bahwasanya nanti kedepannya kamilah yang harus menyampaikan materi ini kepada cadanlap di masa yang akan datang.

Hari yang berat bagi saya yang tidak mendapatkan izin orang tua untuk menghadiri kegiatan yang vital ini. Hari yang berat pula bagi saya yang tidak memiliki hak untuk memaksakan kehendak kepada kedua orang yang sejatinya memiliki niat baik kepada saya, namun dengan cara yang berbeda.

Sabtu, 07 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 9, Berargumentasi dan Lobbying


Sekolah Danlap 2018 : Day 9

Berargumentasi dan Lobbying

Hari ini seharusnya menjadi hari yang sangat melelahkan bagi para Kingsmen, hearing dan Sekdan menjadi suatu rangkaian kegiatan yang wajib diikuti hari ini. Namun hari ini, saya tidak bisa menghadiri rangkaian kegiatan tersebut dikarenakan penuhnya hari ini dengan rangkaian kegiatan yang sudah dipersiapkan oleh keluarga sebelumnya. Berdasarkan hasil matrikulasi yang diberikan oleh rekan – rekan Kingsmen, materi yang diberikan pada pertemuan kali ini berkaitan dengan Berargumentasi dan Lobyying.

Argumentasi adalah suatu opini yang didasari oleh bukti data yang jelas dan pasti. Argumentasi harus didasarkan dengan kombinasi antara pikiran, perasaan dan kemauan bebas. Dari matrikulasi, agar argumen dapat berguna sesuai dengan tujuan argumen tersebut dilontarkan dapat dilakukan dengan melakukan rekayasa sosial. Rekayasa ini mencakup ruang, waktu, hubungan dan atau perasaan.

Kemampuan berargumentasi ini akan dapat diturunkan oleh seorang Danlap dalam melobi atau Lobbying. Dan pada dasarnya, tujuan utama dari Lobyying adalah untuk bagaimana kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Lobyying adalah proses timbal balik dua belah pihak dalam rangka mencapai sebuah kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah pihak. Lobbying pun dapat mengurangi hal – hal yang sifatnya merugikan entah pihak manapun dan menghambat keluarnya suatu kebohongan. Kompetensi dalam Lobbying hanya bisa dipelajari dengan cara dipraktekan secara langsung.

Jumat, 06 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 8, Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi : Special Part


Sekolah Danlap 2018 : Day 8

Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi : Special Part

Hari demi hari Sekdan para Kingsmen lalui, semakin banyak kejutan – kejutan yang diberikan. Mulai dari kehadiran Soter dan perpanjangan – perpanjangan tangan lainnya dari Danlap terdahulu, hingga pada mala mini menurut saya kejutan itupun memuncak. Pada hari ini, hadir 2 sosok spesial, Semar (Korlap ‘14) dan Demos (Danlap ’14). Kehadiran mereka pada malam ini ternyata menghardirkan berbagai siksaan bagi kami para Kingsmen yang memang dari segi pelanggaran SOP yang berlaku sudah terlalu mengecewakan. Saya sudah terlalu lelah dan bingung untuk menyebutkannya satu per satu kembali. Namun hukuman – hukuman yang diberikan sepertinya sulit untuk saya lupakan. Mulai dari yang berupa fisik seperti menahan posisi push up selama 15 menit sembari latihan olah suara yang berisikan ucapan tentang kesalahan – kesalahan kami hari itu hingga yang berupa serangan batin seperti hukuman yang diterima Sir Kay untuk duduk dan memakan kue sembari rekan Kingsmen lain menahan posisi push up. Dan hari ini pun, saya merasakan bahwasanya kemampuan dialektis kami benar – benar dilatih, kami dipacu untuk terus berpikir taktis dan terus memberikan rasionalitas yang logis.

Walaupun ingatan saya malam kemarin cukup menipis karena kelelahan, ada dua tugas yang diberikan yang mana menurut saya sangat berbekas dalam diri saya. Yang pertama adalah tugas dimana kita para Kingsmen harus dapat menilai urutan kelayakan seorang Danlap dari Kak Danar, Kak Raynard dan Kak Fikal dengan parameter – parameter yang jelas dan tak bias. Disini sebagai mahasiswa PL – Cirebon yang belum seberpengalaman itu dalam bertemu dan mendalami diri ketiga orang tersebut, kami ditugaskan hanya sebagai Supporting System untuk mereka Cadanlap yang dari Ganesha. Disini kami yang Cadanlap PL – Cirebon berkontribusi dalam dua bentuk, pertama kami sebelumnya menjadi bom waktu bagi rekan Cadanlap Ganesaha dan karena terlalu lama, akhirnya kami diminta untuk mengkritisi parameter yang dibuat dan dalam pengonsepan pembobotan dalam rangka membuat dan menghasilkan hierarki yang jelas dan berdasar. Kemudian para Kingsmen pun memaparkan hasil pemikiran kami tersebut kepada Demar, Demos dan beberapa warga lainnya. Disini saya merasakan betul bagaimana kami harus mempertahankan pendapat kami, dan disini saya akhirnya paham bahwa penentuan parameter suatu penilaian tidak bisa ditentukan secara subjektif kami belaka. Harus ada dasar yang mendasari yang mana khalayak banyak mengakui dasar tersebut sebagai sebuah axioma. Saya pun merasa tersadarkan bahwasanya kami para Kingsmen masih jauh dari kata layak sebagai orang yang akan memegang titel seorang Danlap.

Bukan tentang diri sendiri, ini tentang HMP
Bukan tempat belajar, tapi ajang pembuktian

Kemudian tugas kedua yang diberikan adalah yang paling sulit, yang sebenarnya sejak awal saya mengikuti Sekdan tugas ini sudah diberikan. Tugas ini adalah menyakan kembali kepada hati terdalam kami apa yang sebenarnya menjadi motivasi kami mengikuti Sekdan ini. Disini kami dipacu dengan hukuman fisik agar terus berpikir, menggali esensi dan mencari makna tersembunyi. Dari 3 alasan yang benar – benar saya utarakan dari hati saya yang terdalam, tidak ada satupun alasan tersebut yang dibenarkan sebagai motivasi mengikuti Sekdan yang lurus. Pada dasarnya ada 2 hint yang diberikan, yang pertama, motivasi yang lurus adalah tidak mengedepankan diri sendiri karena Sekdan bukan tentang diri sendiri melainkan tentang HMP. Yang kedua, motivasi yang lurus tidak menjadikan Sekdan ini sebagai ajang pembelajaran, namun kami harus menjadikan Sekdan ini ajang pembuktian. Diambang keputusasaan, akhirnya ada jawaban yang cukup mendekati, Sir Lamorak memaparkan motivasi yang sebenarnya sempat hamper terpikirkan pula sebelumnya. Bunyinya ialah..

Menjadi Penggerak Warga yang Dipercaya Demi Mencapai Tujuan Bersama HMP


Namun jawaban tersebut belum membuat Demos puas dan menghadiahi kami lusinan seri push up. Akhirnya karena tidak mampunya kami memberikan jawaban yang memuaskan, kami diberi tugas – tugas tambahan yang terlalu membingungkan apabila saya jelaskan satu per satu. Dibawah tekanan – tekanan eksternal dari keluarga ditambah dengan adanya demotivasi pada diri saya, membuat saya semakin bertanya – tanya apa sebenarnya yang sedang saya lakukan. Saya menyanyakan apa esensi dari beban tugas – tugas yang diberikan tersebut dan saya hanya mencoba terus mengingat kalimat Demos untuk menjaga motivasi saya yang sudah diambang batas..

Tidak ada yang terlalu sulit, Tidak ada yang tidak beresensi

Kamis, 05 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 7, Dialektika Lapangan


Sekolah Danlap 2018 : Day 7

Dialektika Lapangan

Hari ini, Sekdan dilaksanakan lebih malam daripada biasanya. Jam 21.15 WIB kami diminta untuk hadir di Pilotis GD dengan spek seperti biasanya. Hari ini pun salah satu dari kami, Faiq alias Sir Gaheris, berhalangan hadir karena penyakit migrain dan kondisinya mengharuskan dia untuk istirahat pada kesempatan kali ini. Sebuah inisiatif yang terlambat dilakukan oleh kami para Kingsmen untuk memastikan kondisi kesehatan dari Sir Gaheris malah membuahkan keterlambatan bagi kami. Akhirnya kekecewaan Ratu kembali memuncak pada pertemuan kali ini dan seperti biasa, melahirkan sebuah konsekuensi. Konsekuensi yang harus kami lakukan kali ini pun cukup berat yakni membuat sebuah infografis yang didalamnya memuat inputan – inputan warga terkait materi dan metode osjur kali ini.

Hari ini, materi diisi oleh Kak Sangkara (HMP ‘13) yang merupakan ketua MPAB beberapa tahun yang lalu. Kejaran materi yang ingin disampaikan olehnya adalah terkait dengan Dialektika Lapangan. Tidak biasanya, bentuk pemberian materi kali ini full dalam bentuk FGD dan diskusi. Dari beberapa pendapat dan inputan dari rekan - rekan Kingsmen, saya mendapatkan beberapa gambaran terkait definisi dari Dialektika itu sendiri. Seperti, menurut Amar alias Sir Lamorak, Dialektika merupakan sebuah seni dalam beradu argumen. Kemudian menurut Prima alias Sir Parcival, Dialektika merupakan sebuah proses pertukaran gagasan pikiran dalam fase lapangan. Menurut Kak Sangkara, Dialektika adalah cara berdiskusi dalam rangka mencari kebenaran dari sebuah opini. Didalam sebuah Dialektika, idealnya didalamnya terkandung 3 unsur yakni Tesis, Anti-Tesis dan Sintesis.

Dalam konteks dunia perlapangan MPAB, Sintesis sudah ditentukan secara pasti yakni sebagai nilai yang ingin ditanamkan kepada peserta kader. Dengan berbekalkan sebuah tesis yang sudah dipersiapkan sebelumnya, seorang Danlap harus siap beradu argumen, berdiskusi tanpa menurunkan impresi dan dapat mengarahkan pembicaraan hingga mencapai Sintesis yang sudah ditentukan. Disinilah letak kegunaan Dialektika, berguna ketika Danlap ingin menyampaikan sebuah materi. Berguna untuk membuat ragu peserta kader akan kepantasan mereka menginjak Tanah Pangripta sehingga mudah untuk didoktrinasi. Kemampuan ini juga berguna untuk mengurangi resiko kesalahan pada keadaan dimana seorang Danlap dituntut untuk berdebat secara freestyle dengan peserta kader karena adanya suatu keadaan yang tidak dipersiapkan sebelumnya.

Kemudian, Kak Sangkara pun berpesan bahwasanya Dialektika dengan peserta kader hanya dapat berjalan dengan lancar ketika Danlap mengetahui segala hal, tentang bagaimana keadaan HMP saat ini dan bagaimana keadaan para peserta kader tersebut. Disini saya melihatnya bahwa 2 hal tersebut adalah 2 buah senjata yang digunakan untuk berperang dimana yang satu digunakan untuk bertahan dan satu lagi untuk menyerang. Seorang Danlap harus menyerang bagian lemah dari peserta kader yang mana tidak bersesuaian dengan nilai yang seharusnya ada. Dan ketika ada serangan balik dari mereka, seorang Danlap dapat memberikan impresi yang menggambarkan bagaimana keadaan didalam HMP untuk bertahan.

Kemudian di penghujung diskusi, Kak Sangkara juga menyinggung bahwasanya Sintesis yang berupa nilai yang ingin ditanamkan tersebut tidak akan dapat berubah, atau bahasa lainnya dapat menjadi sebuah Tesis. Satu unsur yang dapat memungkinkan Sintesis tersebut dapat berubah menjadi Sintesis adalah dengan meninjau relevansi dari Sintesis tersebut.

Hari ini,pertemuan ditutup dengan eval yang halus namun menusuk. Yudhistira si bijaksana alias Kak Danar memberikan evaluasi atas performa kami yang tak pasti. Kini kami harus pikirkan kembali apa motivasi yang menarik kami hingga menyanggupi Sekdan ini.

Minggu, 01 Juli 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 6, Olah Ruang dan Medan Pertempuran


Sekolah Danlap 2018 : Day 6

Olah Ruang dan Medan Pertempuran

Tidak seperti biasanya, hari ini Sekdan dilaksanakan pada jam yang lebih cepat. Jam 19.00 WIB kami diminta hadir dengan membawa spek biasanya serta spek tambahan berupa kertas folio sebanyak 2 lembar. Dan tidak seperti biasanya pula, pertemuan kali ini menjadi pertemuan yang pertama kali tidak bisa saya hadiri karena adanya permintaan mendadak dari orang tua yang tidak bisa saya tolak. Saya pun merasakan adanya kekecewaan tersendiri dari sang Ratu dan mungkin izin kali ini harus saya jadikan izin yang pertama kalinya sekaligus untuk yang terakhir kalinya.

Dari matrikulasi yang diberikan oleh rekan – rekan Kingsmen yang menghadiri Sekdan kali ini, inti materi yang diberikan pada pertemuan kali ini berkenaan dengan pertemuan sebelumnya, yakni terkait dengan Olah Ruang. Dari matrikulasi yang dipaparkan, saya memahami bahwasanya Olah Ruang merupakan hal yang sangat penting. Karena apabila kita kontekskan dalam sebuah pertempuran sungguhan, Olah Ruang merupakan bagaimana kita seorang komandan perang dapat mengenali dan menganalisis medan pertempuran sehingga kita dapat memetik keunggulan kompetitif dari setiap medan – medan yang ada. Kemampuan Olah Ruang seorang komandan perang akan berkaitan dengan bagaimana komandan tersebut dapat mengalokasikan dan menempatkan pasukannya, juga bagaimana menyesuaikan setiap alternatif strategi yang ada dengan keadaan sekitar. Olah Ruang juga merupakan kompetensi yang harus didalami oleh seorang komandan perang karena dengan penguasaan kompetensi tersebut seorang komandan perang diharapkan dapat merespon kedinamisan pertempuran dengan cepat dan tepat. Dalam konteks perdanlapan, saya pun memahami bahwa Ruang merupakan sebuah komponen penting dalam fase lapangan karena akan dijadikan dasar untuk menentukan dimensi waktu, kebutuhan lapangan hingga turun menjadi teknis lapangan. Dan berkaitan dengan materi – materi sebelumnya, dalam pelaksanaannya, seorang Danlap dituntut untuk bisa menguasai keempat kompetensi lainnya.

Pada pertemuan kali ini, saya diceritakan bahwa para Kingsmen ditugaskan untuk melakukan orientasi ruangan pada Lapangan SR, Pilotis GD, Kanopi TL, Selasar Plano, Lapangan Barak, dan Amphi Arsi. Dan pada penghujung pertemuan, para Kingsmen diminta untuk membuat teklap acara opening dan Day 1 untuk acara MPAB. Hal – hal tersebut merupakan ilmu yang saya nilai sangat berguna dan sangat saya sayangkan saya tidak bisa mendalaminya secara langsung. Sebuah kerugian yang cukup besar yang saya dapatkan dari ketidakhadiran saya kali ini.

Selasa, 26 Juni 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 5, 5 Olah dan Orasi


Sekolah Danlap 2018 : Day 5

5 Olah dan Orasi

Hari ini adalah pertemuan pertama setelah liburan panjang lebaran, kami dituntut untuk hadir jam 20.00 WIB pada tempat seperti biasanya. Sepertinya jiwa Danlap para Kingsmen sedikit melunak dan terlupakan kembali, secara spesifik untuk saya. Kesigapan kami terlihat berkurang kembali terutama pada diri saya yang kebetulan pada hari itu kurang enak badan karena belum sempat makan malam serta cuaca yang tidak bersahabat. Dan seperti biasa, performa yang tidak dapat memuaskan Ratu akan melahirkan sebuah konsekuensi untuk kami. Dan hari ini, 7 keliling lari dan 9 seri sepertinya semakin membuyarkan konsentrasi dan fokus saya dalam mengikuti sekdan kali ini. Namun sebagai orang yang menyandang nama Sir Galahad, Tuan Kemuliaan dan Budi Pekerti, demi segala kemuliaan dan budi pekerti yang saya usahakan saya pegang teguh, saya tetap berusaha berdiri tegap dan menjalani sekdan kali ini dengan segala kekuatan saya yang tersisa kala itu. Karena saya pun berusaha memaknai Danlap sebagai orang yang harus senantiasa memasang dirinya paling depan diantara pasukannya dan harus menjadi orang yang paling terakhir tumbang diantara pasukannya.

Kemudian malam ini, langit yang cerah memberkati kita. Rembulan terlihat menunduk segan karena kehadiran sesosok jiwa yang special. Olympus hari ini berkenan untuk bertemu dan memberikan pelajaran serta berbagai macam pemaknaan melalui sesosok perpanjangan tangan. Dia adalah demigod keselamatan dan keamanan, Soter, sebuah kehormatan dapat bertatapan serta belajar langsung darinya.

Inti materi hari ini pada dasarnya adalah menjelaskan 5 kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh seroang Danlap. 5 hal tersebut adalah olah fisik, olah pikir, olah rasa, olah suara dan olah ruang. Olah fisik diperlukan oleh seorang Danlap karena dia dituntut untuk memiliki stamina, keluaesan, kekuatan dan keseimbangan lebih dibandingkan pasukan – pasukan lainnya. Lalu olah pikir diperlukan karena seorang Danlap dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis dan komprehensif. Olah suara diperlukan seorang Danlap agar dapat senantiasa memiliki dinamika, intonasi dan artikulasi yang tepat dan mantap. Kemudian olah rasa diperlukan karena seorang Danlap dituntut untuk dapat memiliki kemampuan lebih dalam membaca serta merespon situasi dan kondisi, menjiwainya dan menampilkannya. Dan untuk olah ruang, kami belum dijelaskan secara lebih mendalam kala ini. Kelima kompetensi dasar tersebut, seluruhnya akan digunakan secara bersamaan pada saat seorang Danlap berorasi. Maka dari itu, orasi bukanlah hal yang mudah. Orasi tidak melulu dikaitkan dengan berbicara keras dan lantang tanpa memperhatikan serta menjiwai situasi dan kondisi. Dan lebih dari itu, orasi dapat menjadi titik vital penilaian mereka yang dikader terhadap profesionalitas kaderisasi yang berlangsung. Hal itu yang ditekankan pada hari ini oleh Olympus yang ingin diturunkan kepada kita.


Rabu, 06 Juni 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 4, Berpikir Kritis dan Komprehensif


Sekolah Danlap 2018 : Day 4

Berpikir Kritis dan Komprehensif

Hari ini tidak seperti biasanya, kami dituntut untuk hadir 1 jam lebih cepat dari biasanya. Dan tidak seperti biasanya, hari ini para Kingsmen benar – benar membuat sang Ratu kecewa. Dengan tanpa ragu terbesit sedikit pun pada hatinya serta penuh kasih sayang ia tekankan di setiap tutur katanya, dia mengingatkan dan menyadarkan kembali kami para Kingsmen untuk sadar bahwa perang memperjuangkan tanah pangripta bukanlah sebuah permainan dan masih jauh dari kata berakhir. Sang Ratu menekankan bahwa performa kami para Kingsmen kali ini turun drastis, penilaian tersebut didapat dengan melihat para Kingsmen melakukan 3 kesalahan fatal yang lebih buruk dibandingkan yang pernah dilakukan sebelumnya, yakni terlambat datang pada pertemuan hingga 7 menit, terlambat mengumpulkan tugas hingga belasan jam dan kesigapan kami turun. Pemberlakuan hukuman pun dilakukan seperti biasa.

Namun hari ini saya, Sir Galahad, tanpa mematahkan pendapat sang Ratu atas kesalahan – kesalahan kami, tetap merasa sedikit kecewa pada awalnya karena sang Ratu memaparkan kesalahan kami tanpa mengetahui terlebih dahulu apa – apa tuntutan eksternal masing – masing dari kami, termasuk saya. Beberapa hari kebelakang hingga hari ini, saya merasa banyak sekali tuntutan – tuntutan eksternal yang menurut saya menghambat kinerja dan performa saya. Yang bermasalah adalah, tuntutan tersebut berasal dari orang tua saya. Saya harus bisa menimbang dan tentunya berpikir lebih panjang disini dimana saya terancam tidak diperbolehkan mengikuti pertemuan meja bundar bersama Kingsmen lainnya sama sekali lagi apabila tidak memenuhi tuntutan tersebut.

Terlepas dari itu, hari ini para Kingsmen didatangkan seorang pemateri yang melegenda. Dia sang ‘Kuda Hitam’ kini hadir ditengah para Kingsmen untuk menurunkan pengalaman dan pengetahuannya yang sudah sangat banyak dalam membela tanah pangripta. Hari ini materinya berkenaan dengan sosok seorang Danlap yang harus bisa membawakan materi nanti di lapangan dengan menggunakan berbagai strategi dan siasat yang sudah direncanakan dengan sangat matang. Namun untuk bisa mendapatkan serta mematangkan strategi dan siasat tersebut, seorang Danlap harus memiliki satu keahlian khusus yang harus bertaraf lebih tinggi dibandingkan orang – orang disekitarnya, yakni berpikir Kritis dan Komprehensif. Berpikir Kritis memiliki arti bahwa kita seorang Danlap harus berpikir secara mendalam dalam memahami suatu isu atau masalah. Parameter seseorang sudah berpikir Kritis atau belum adalah orang tersebut sudah menjiwai 3 hal dalam pola pikirnya atau belum, yakni Intuitif, Evaluatif dan Kreatif. Intuitif adalah berusaha mendeteksi keberadaan dan memahami isu dan permasalahan yang ada disekitar kita. Evaluatif adalah selalu memaparkan gagasan disertai gerakan pasti yang nyata dan solutif dalam menanggapi masalah tersebut. Kreatif adalah berusaha untuk senantiasa berpikir rasional dan memanfaatkan logika, mengombinasikan pengetahuan dalam pengalaman, sehingga seorang Danlap dapat memberikan sebuah kebijakan dan keputusan yang tidak terkesan bodoh dan sempit. Namun pemikiran yang kritis tidak akan pernah tertanam dalam pikiran kita apabila kita belum bisa berpikir secara Komprehensif. Berpikir Komprehensif adalah berpikir secara luas, radikal dan menyeluruh. Pola pikir yang menuntut kita untuk mengenali suatu masalah tidak dari satu sudut pandang saja dan mendalam hingga ke akarnya. Dengan adanya dua pola pikir tersebut, seorang Danlap di lapangan akan dapat merespon suatu masalah yang terjadi dengan cepat tanggap dan tepat tanggap serta dapat meningkatkan keseganan peserta terhadap pribadi Danlap tersebut. Keseganan tersebut akan timbul seiring Danlap tersebut dapat menyikapi permasalahan yang sedang terjadi di tengah peserta dengan tindakan maupun kebijakan yang beresensi mendalam, rasional dan pendapatnya tidak terkesan sempit. Begitu pula pada masa persiapan dengan tim mamet akan dapat memberikan saran metode yang mungkin lebih baik serta pertimbangan – pertimbangan yang tidak sempat dipertimbangkan oleh tim mamet. Dan terlepas dari hal – hal tersebut, berpikir Kritis dan Komprehensif adalah dasar pola pikir yang harus dimiliki seorang perencana itu sendiri.

Dari materi ini pun saya sadar dan merasa bahwa saya harus menceritakan apa – apa yang selama ini menghambat kinerja dan performa saya dalam mengikuti sekdan ini. Saya harus membantu sang Ratu dan rekan – rekan saya yang lain untuk berpikir Kritis dan Komprehensif dalam menyikapi saya yang merupakan salah satu biang kerok permasalahan di angkatan karena adanya tuntutan eksternal tersebut. Dan begitulah yang terjadi hari ini.. Ketentraman dan kemuliaan kembali hadir pada meja bundar para Kingsmen.. Perjuangan masih panjang..




Jumat, 01 Juni 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 3, Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 3


Sekolah Danlap 2018 : Day 3

Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 3

Mungkin tidak bertele – tele seperti biasanya. Kini saya mencoba menarik kembali apa yang telah saya dapatkan sebelumnya dengan apa yang saya dapatkan hari ini. Bayangkan sebuah mesin dengan roda gerigi, yang mesin ini selalu digunakan untuk satu tujuan. Tentunya mesin atau secara spesifik roda gerigi ini memerlukan tenaga atau bahan bakar untuk melakukan kerjanya, ambilah asumsi disini bahwa mesin ini tidak bisa berjalan tanpa menggunakan bahan bakar yang sama yakni bensin misalkan. Maka apabila mesin atau roda gerigi itu dapat bergerak untuk mencapai tujuan keberadaannya, keberadaannya tidak akan terlepas dari bahan bakarnya yakni bensin dan tidak dapat dipungkiri pula bahwa seiring berjalannya waktu bahan bakar ini akan habis. Sehingga perlu adanya saat – saat dimana bahan bakar ini diisi ulang yang mana bahan bakar yang digunakan harus memiliki ‘jenis’ atau ‘substansi’ yang sama dengan sebelumnya agar mesin atau roda gerigi ini dapat bekerja optimal dalam mencapai tujuannya.

Dalam pengibaratan diatas, maksud dari mesin atau roda bergerigi yang bergerak dalam mencapai suatu tujuan disini adalah HMP Pangripta Loka itu sendiri. Maka sumber tenaga atau bahan bakarnya disini adalah kita sebagai warga HMP itu sendiri. HMP ini tidak akan pernah mencapai tujuannya dan bahkan keberadaannya pun tidak akan berarti apabila tidak ada partisipasi dan kontribusi aktif yang diberikan oleh warganya yang mana  tetap harus bersesuaian dengan nilai – nilai yang ada. Dan konteks warga disini pun secara tidak langsung terikat dalam sebuah sistem yang bersifat siklis dimana didalamnya terdapat unsur regenerasi sumber daya manusianya. Hal ini tidak dapat dihindari bahwa memang ada kalanya ketika warga di HMP ini harus memasuki jenjang – jenjang kehidupan berikutnya diluar lingkungan perkuliahan. Maka pada satu titik, HMP memerlukan suatu proses penerimaan warga baru yang mana warga baru tersebut harus memenuhi sebuah nilai dan standar yang telah ditentukan oleh HMP itu sendiri agar dapat mencapai tujuannya. Proses inilah yang disebut dengan Kaderisasi, proses penerimaan warga baru kedalam suatu organisasi yang didalamnya harus terdapat penanaman dan penekanan nilai yang harus dimiliki oleh suatu organisasi.

Dari balik kacamata yang lebih luas, ketika kita tinjau dari sisi kehidupan secara seluruhnya, kaderisasi merupakan suatu proses yang tidak akan terus berlanjut hingga orang yang bersangkutan mati. Hal ini digambarkan dengan bagaimana kita telah dikader oleh orang tua kita pada jenjang keluarga hingga nanti pada jenjang dunia kerja nanti, proses kaderisasi akan selalu ada. Karena pada dasarnya, proses kaderisasi akan melahirkan sebuah peran dalam diri orang yang dikadernya, dan dalam seluruh jenjang kehidupan itupun kita dituntut untuk selalu memiliki peran. Namun dari balik kacamata yang lebih sempit dimana kita meninjau kaderisasi pada sebuah organisasi, kaderisasi akan terus berlanjut hingga nanti organisasi ini bubar entah karena kehilangan nilai dari organisasi itu sendiri atau karena organisasi tersebut sudah mencapai tujuannya.

Untuk Kaderisasi di HMP secara spesifik, Kaderisasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kapasitas SDM pada HMP itu sendiri. Konsep yang digunakan pada Kaderisasi HMP saat ini adalah konsep penurunan nilai dan berjenjang. Pada dasarnya makna nilai di HMP dibagi 2, yakni profil dan budaya. Namun karena budaya pada HMP itu sangat dinamis bersesuaian dengan zaman, Kaderisasi HMP hanya menekankan pada penanaman profil. Profil yang wajib dipenuhi oleh warga baru agar memenuhi standar sebagai warga disini ada 10 poin yang mana 3 poin berasal dari AD/ART, 3 poin dari kurikulum planologi dan 4 lainnya berasal dari mimpi kepengurusan. Poin ini masih bisa bertambah bersesuaian dengan kebutuhan HMP pada kala itu. Selanjutnya pemaknaan dari berjenjang ini didapat dimana profil yang akan ditanamkan pada warga baru tersebut dilakukan secara berjenjang, dibagi dalam level – level didalam 3 tahap penanaman dan pengembangan nilai.  

Kamis, 31 Mei 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 2, Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 2

Sekolah Danlap 2018 : Day 2

Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 2

Hari ini saya mengikuti kembali rangkaian Sekdan untuk kedua kalinya. Perkiraan saya terkait bahwa saya hanya akan bertahan pada malam pertama karena constraint izin orang tua selama ini ternyata salah. Walaupun dengan beberapa syarat yang banyak sekali, saya mendapat izin dari mereka dan ini tentunya menambah semangat saya untuk mengikuti Sekdan dengan lebih serius.

Hari ini, pukul 21.30 seperti biasa, saya dan rekan angkatan diminta hadir di amphi arsi bersama – sama, tepat waktu, dengan spek yang telah ditentukan sebelumnya. Kali ini, saya melakukan sebuah kesalahan yang menurut saya itu sangat tidak bagus apabila dipelihara karena sejatinya hal tersebut menyebabkan konsekuensi yang harus ditanggung satu angkatan. Saya terlambat satu menit karena ada beberapa constraint ketika ingin berangkat dari rumah. Alhasil, saya dan rekan harus menentukan sebuah hukuman yang pantas untuk kita lakukan untuk menebus hal tersebut, maka keluarlah keputusan bahwa kita harus berfoto di jam gadang tepat pukul 3.30 WIB. Yaa.. keputusan yang rasional, feasible dan beresensi untuk dilakukan sebagai hukuman menurut saya. Hari ini pun terjadi pengulangan seperti tes kesigapan yang mana terlihat bahwa kami sudah berkembang didalamnya, namun masih belum cukup sigap untuk menyandang nama Danlap. Jauh sekali dari itu.

Kemudian, kegiatan dilanjut dengan lingkar diskusi yang dipimpin oleh Kak Danar sebagai pemateri. Dari forum semi FGD ini, saya dapatkan beberapa ilmu baru dan penekan – penekanan berharga terkait, “Apa itu Danlap?”, “Apa itu Danlap HMP?” dan “Apa HMP itu sendiri?”.

Apa itu Danlap?
Berdasarkan lingkar diskusi kali ini, saya rangkum bahwa terlepas Danlap adalah seorang cerminan dari panji yang dibawanya, Danlpa adalah  merupakan pemegang kekuasaan tertinggi kedua setelah Korlap di lapangan. Danlap harus selalu berkoordinasi dengan Korlap atas keputusan atau pemikirannya selama di lapangan. Namun dalam beberapa situasi khusus, seorang Danlap harus bisa memberikan keputusannya sendiri secara tepat tanggap dan cepat tanggap yang harus bisa dia pertanggungjawabkan demi keberlangsungan fase lapangan yang rapi, tertata, tersampaikannya materi dan peserta tidak kehilangan esensi fase lapangan itu sendiri. Danalp pun harus menjadi orang yang suaranya didengar oleh pasukannya maupun divisi – divisi lainnya di lapangan dan Danlap pun harus bisa menjadi pendengar yang baik sekaligus. Danlap pun harus menjadi lifeline bagi pasukan yang dipimpinnya. Ketika pasukan yang dipimpinnya mati, Danlap harus jadi orang yang mati terakhir, Danlap harus bisa menjadi orang yang dapat membangun kembali pasukannya dari situasi kritis sekalipun.

Apa itu Danlap HMP?
Kemudian, forum kali ini pun menyinggung definisi apa itu Danlap HMP itu sendiri. Tidak terlepas dari definisi Danlap sebelumnya, dalam definisi Danlap HMP terdapat beberapa penekanan lain. Danlap HMP harus menjadi seorang insiator, orang yang pertama kali merasakan ketika ada sesuatu yang salah dan tidak sesuai dengan nilai dasarnya pada HMP itu sendiri, orang yang pertama kali bergerak ketika HMP dalam sebuah masalah, orang yang rela menjadi yang paling tersusahkan demi tercapainya tujuan dari keberadaan HMP itu sendiri. Untuk menjadi inisiator, tentunya seorang Danlap HMP harus bisa menjadi orang yang dipercaya dan senantiasa percaya pula kepada warganya. Setiap tutur kata dan perilakunya harus menggambarkan nilai – nilai HMP itu sendiri. Maka dari itu, Danlap HMP harus menjadi orang yang paling mengenal HMP itu sendiri.

Apa itu HMP?
Perkataan Kak Danar yang masih terngiang pada diri saya hingga saat ini adalah ketika Kak Danar menggambarkan HMP itu sebagai sebuah roda gerigi pada suatu mesin, tidak lebih dari itu. Lantas apa yang membuat roda gerigi atau mesin ini bergerak? Ialah kita sebagai warga yang sejatinya bertugas sebagai tenaga penggerak HMP itu sendiri.
Definisi lain yang saya dapatkan dari apa yang diutarakan oleh saya dan rekan, bahwa HMP adalah organisasi kemahasiswaan berbasis keprofesian dan keilmuan Planologi, sebagai wadah aktualisasi diri mahasiswa Planologi ITB dengan berpegang teguh pada nilai nilai kekeluargaan, kemahasiswaan, dan keilmuannya. HMP pun secara tidak langsung memiliki peran sebagai rumah kedua dan tempat kita bernaung disamping keluarga.

Salam Dariku Kawan..!!
Perkenalkan..!
Ya.. Perkenalkan Aku Sir Galahad..!
Satu dari Sembilan Ksatria Setia yang Membela Tanah Pangripta..!
Tuan yang Menjunjung Tinggi Kemuliaan..!
Tuan yang Budi Pekerti Selalu ia Tekankan..!

Itu merupakan sepucuk rangkaian kalimat yang masih sangat terngiang dan bergolak penuh penghayatan dalam pikiran dan hati saya saat ini. Setelah lingkar diskusi kemarin selesai, kegiatan dilanjutkan dengan kami diberi tugas membeuat nama filosofi angkatan dan nama filosofi masing – masing dari kita yang setiap nama itu harus berkaitan satu sama lain, menggambarkan kepribadian kita dan memiliki esensi yang berkaitan dengan apa yang sedang kami lakukan saat ini.

Maka Perkenalkanlah Hai Jiwa – Jiwa yang Tulus..!
Kami Ksatria Kepercayaan Raja untuk Menjaga Tanah Pangripta..!
Kami yang Selalu Terikat Kuat dalam Lingkaran Kepercayaan..!
Perkenalkan..! Kamilah Para Kingsmen..!

Awalnya saya kira Wali Songo dapat menggambarkan angkatan kita karena berjumlah sembilan orang. Namun karena beberapa pertimbangan dan hasil masukan dari rekan – rekan, maka diputuskan tema Ksatria Meja Bundar. Dalam kisah Ksatria Meja Bundar, filosofi yang kami ambil adalah tentang orang – orang terdekat kepercayaan Raja Arthur dan Ratu Guinevere dalam menjalankan misi membela tanah airnya. Orang – orang ini disebut juga sebagai Kingsmen. Berikut hasil pembagian namanya yang sudah disesuaikan dengan perilaku dan sikap kita sebagai anggota Kingsmen :

1.   Queen Guinevere (Kak Didi/Koorlap): Penuh kasih
2.   Sir Lancelot (Raihan): Pemberani, pemimpin dan bijaksana
3.   Sir Gawain (Fikri): Pembela dan sopan
4.   Sir Galahad (Saya sendiri): Mulia dan berbudi pekerti luhur
5.   Sir Parcival (Prima): Murni namun naif
6.   Sir Bors de Gannis (Rian): Licik, cerdik, dan pemberontak
7.   Sir Lamorak (Ammar): Kuat dan tempramen
8.   Sir Kay (Jedy): Dipercaya dan kejam
9.   Sir Gareth (Ihsan) : Terampil, sopan, dan berkemauan keras

10.  Sir Gaheris (Faiq): Tampan dan lincah

Kini kami terlahir kembali sebagai para Kingsmen, orang – orang kepercayaan raja dalam mengemban misi membela tanah airnya. Kami gelegarkan kembali amphi dengan orasi kami. Kami perkenalkan wajah – wajah baru kami kehadapan Tanah Pangripta. Kami akan tanamkan pemaknaan tersebut secara pasti dan tanpa ragu kedalam hati dan pikiran kami masing – masing. Kami akan hayati setiap peran yang kami emban dan akan kami bawakan kepada hadapan warga – warga Pangripta.

Senin, 28 Mei 2018

Sekolah Danlap 2018 : Day 0, Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 1

Sekolah Danlap 2018 : Day 0

Menggali Esensi dan Makna Tersembunyi Part 1


Hari ini merupakan hari pertama saya mengikuti rangkaian kegiatan Sekolah Danlap HMP 2018, saya dan rekan satu angkatan diminta hadir tepat waktu jam 21.30 WIB di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya. Mungkin karena tertipu dengan adanya kata 'Sekolah', saya mengira kegiatan ini berbentuk kegiatan didalam kelas dimana ada kakak - kakak pembina sebagai guru dan kami sebagai murid, tetapi ternyata semua ekspektasi saya salah. Baru saja rangkaian kegiatan dimulai, saya dan rekan sudah mendapatkan hukuman dari kakak pembina karena kurang sigapnya kami ketika melakukan cek spek. Kami pun dimintai pendapat oleh kakak Pembina terkait bentuk hukuman seperti apa yang menurut kami pantas untuk menebus kesalahan kami ini. Berbagai pendapat dilontarkan oleh saya dan rekan untuk bernegosiasi dengan kakak pembina agar hukuman yang harus kami tanggung bersesuaian dengan kesalahan yang kami lakukan dan batasan kemampuan kami. Tidak sedikit pula pendapat yang rekan saya sampaikan ditolak begitu saja oleh kakak pembina dengan macam - macam pertimbangan yang disampaikan oleh mereka. Hingga pada akhirnya kami dan para kakak pembina sepakat bahwa hukuman yang harus kami tanggung adalah berlari sekitar 500 meter dengan batasan waktu 2 menit. Alhasil kami terlambat selama 3 menit 45 detik dalam penyelesaiannya. Kami pun kembali diberi berbagai masukan dan nasihat kembali oleh kakak - kakak pembina.

Pada awalnya saya kurang mengerti mengapa pada awal pertemuan semacam ini kami langsung diperlakukan demikian. Namun ternyata tanpa disadari secara langsung, esensi dari diberlakukannya hal ini adalah sebagai tahap perkenalan. Perkenalan antara saya dengan nilai – nilai dasar yang harus dimiliki dan dijiwai oleh seorang Danlap. Seorang Danlap haruslah menjadi orang yang menghargai waktu dan paling sigap, karena dia akan menjadi cerminan atau role model dari panji yang dibawanya. Ketika misal seorang Danlap HMP terlihat tidak sigap atau tidak menghargai waktu, maka seperti itulah orang – orang yang dipimpinnya akan menilai HMP seluruhnya. Selain itu, seorang Danlap pun dituntut untuk memiliki jiwa yang bertanggung jawab dan dapat memberikan keputusan yang rasional dalam waktu cepat. Seorang Danlap harus cepat tanggap dan tepat tanggap dalam merespon suatu keadaan dengan memberikan keputusan yang tentunya harus rasional. Sikap, tindakan atau keputusan yang diputuskan oleh seorang Danlap pun harus dipertanggungjawabkan selanjutnya apabila terjadi hal – hal yang tidak sesuai dengan kondisi ideal yang telah ditentukan.

Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan lingkaran diskusi dimana saya dan rekan dipecah menjadi 3 kelompok terpisah yang kemudian dipasangkan dengan salah satu kakak pembina. Pada lingkaran diskusi ini banyak sekali pembicaraan yang dilakukan mulai dari pembahasan ulang terkait motivasi mengikuti Sekolah Danlap ini, tantangan kedepannya, harapan kedepannya, definisi seorang Danlap, esensi eksistensi seorang Danlap dan beberapa hal lainnya terkait HMP. Namun, dari lingkaran diskusi ini, materi baru yang patut garis bawahi adalah terkait tujuan keikutsertaan saya pada Sekolah Danlap ini. Tentunya salah satu tujuan yang sudah dipastikan dengan saya mengikuti sekolah ini adalah untuk menjadi Danlap bagi HMP Pangripta Loka itu sendiri. Namun kini saya paham bahwa seseorang yang lulus Sekolah Danlap ini tidak selalu atau bahkan tidak akan pernah menjadi seorang Danlap yang sesungguhnya di mata orang – orang sekitarnya apabila tidak ada pengakuan status tersebut pada setiap hati mereka. Mereka atau orang – orang yang dimaksud ialah para warga HMP Pangripta Loka itu sendiri. Maka dari itu dalam proses menjalani Sekolah Danlap ini, tidak dilakukan dengan hanya sebatas belajar dan memahami saja, namun perlu diaplikasikan, diimplementasikan dan terus dibawa sebagai peran saya dalam menjalani hidup sehari – hari sebagai salah satu bagian dari HMP itu sendiri maupun sebagai mahasiswa secara umum.

Lalu saya juga mendapatkan sebuah pesan penting dari lingkaran diskusi ini. Pesan tersebut berisikan nasihat bagi saya untuk berpikir untuk jangka waktu yang lebih panjang. “Janganlah menutup diri dari tujuan lain dalam hidup”, begitu kurang lebih pesan yang diucapkan oleh kakak pembina. Makna yang saya tangkap adalah jangan sampai apa yang saya dapatkan dari Sekolah Danlap ini hanya saya implementasikan sebatas ketika saya berada di lapangan sebagai Danlap saja. Tetapi teruslah implementasikan apa yang saya dapatkan dari sekolah ini pada kehidupan saya sehari – hari seterusnya, karena banyak sekali nilai – nilai yang sangat berharga dan penting pada jiwa seorang Danlap yang dapat berguna di kehidupan saya nanti selepas saya menjadi Danlap. Aplikasikan dan implementasikan ilmu yang didapatkan dari Sekolah Danlap ini untuk memberikan kontribusi nyata secara lebih kepada HMP itu sendiri. Kemudian, tampilkan selalu jiwa pribadi seorang Danlap dalam kehidupan sehari – hari sehingga kita bisa menjadi cerminan jiwa HMP Pangripta Loka itu sendiri bagi orang – orang di sekitar kita.

Lalu kegiatan ditutup dengan kegiatan yang sama sekali tidak terduga oleh saya, yakni simulasi orasi dengan materi orasinya adalah materi yang didapatkan pada lingkaran diskusi tadi. Saya dan rekan diminta membuat sebuah orasi berdurasi 2 menit dalam jangka waktu 5 menit yang menurut saya sangat terlalu singkat untuk membuat sebuah orasi dengan durasi tersebut. Setelah diberikan kesempatan orasi satu per satu, karena keterbatasan waktu dan pengalaman, saya sadari bahwa orasi yang saya lakukan masih sangat buruk dan jauh dibawah rekan – rekan saya bawakan. Banyak sekali hal – hal yang sebenarnya bisa saya sampaikan, namun tidak tersampaikan karena gugup dan lambatnya kinerja saya akibat adanya tekanan dari berbagai arah.

Saya pada awalnya juga kurang begitu paham dengan apa sebenarnya tujuan diadakannya simulasi orasi pada awal pertemuan pertama ini. Saya bertanya – tanya, mengapa pada pertemuan pertama ini tidak dimulai dari sesuatu yang ringan – ringan saja. Apalagi menurut saya, sebuah orasi yang baik tidak akan dapat dilakukan dalam waktu persiapan sesempit itu dan tidak semua orang dapat bekerja secara optimal dibawah tekanan. Tetapi saya berusaha menarik makna tersembunyi didalamnya dimana seorang Danlap pada dasarnya memang dituntut untuk memiliki kemampuan untuk berorasi secara spontan dengan waktu persiapan sesingkat – singkatnya. Maka dari itu, seorang Danlap harus memiliki artikulasi yang baik dan diksi yang luas serta kemampuan berorasi yang diatas rata – rata. Hal ini tidak terlepas dari posisi Danlap itu sendiri yang merupakan cerminan dari panji yang dibawanya. Setiap tutur katanya dalam berorasi harus tegas, lugas, jelas dan berkualitas sehingga dapat memberikan impresi positif dan menarik perhatian seluruh pasukan yang dipimpinnya di lapangan. Disamping itu, Danlap pun harus bisa bekerja secara optimal dibawah tekanan sebesar apapun. Danlap harus selalu bisa menenangkan dirinya dan senantiasa berpikir jernih dalam keadaan apapun, dengan tekanan seberat apapun.

Setelah adanya pertemuan kali ini, rasa penasaran saya kembali bangkit dengan apa yang selanjutnya akan saya dapatkan dari sekolah ini. Esensi - esensi yang saya dapatkan hari ini sangat menarik bagi saya namun sebagian besar masih terlalu normatif bagi saya untuk bisa mendalaminya. Saya harap pertemuan – pertemuan berikutnya dapat memberikan saya pembelajaran yang lebih spesifik terkait bagaimana saya dapat menananamkan hal – hal tersebut pada diri saya.